🌂 Doa Sembahyang Di Penunggun Karang

PenunggunKarang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian). Untuk Bali, melindungi senyawa rumah, isi dan penghuni sebuah rumah adalah tugas besar yang tidak dapat ditangani secara efektif oleh dinding dan gerbang saja, terutama ketika Persiapanbanten terlebih dahulu kemudian kita mengaturkannya . Di Bali Penunggun Karang atau juga disebut sebagai Palinggih Pangijeng, merupakan salah satu tempat suci pekarangan rumah yang berfungsi sebagai sedahan penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya agar senantiasa berada dalam lindunganNya, tentram, rahayu sekala niskala. Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang di perumahan untuk membedakan dengan Sedahan Sawah di sawah dan Sedahan Abian di kebun/ tegalan/ abian. Pembangunan Penunggun Karang Dalam lontar Kala Tattwa disebutkan bahwa Ida Bethara Kala bermanifestasi dalam bentuk Sedahan Karang/ Sawah/ Abian dengan tugas sebagai Pecalang, sama seperti manifestasi beliau di Sanggah Pamerajan atau Pura dengan sebutan Pangerurah, Pengapit Lawang, atau Patih. Di alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata, tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh. Roh-roh yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang lama tidak di-aben, atau mati tidak wajar misalnya tertimbun belabur agung abad ke 18 akan mencari tempat tinggal dan saling melindungi diri dari gangguan roh-roh gentayangan, manusia membangun Palinggih Sedahan. Penempatan Penunggun Karang Penunggun Karang dapat ditempatkan dimana saja asal pada posisi “teben” jika yang dianggap “hulu” adalah Sanggah Kemulan. Karena fungsinya sebagai Pecalang, sebaiknya berada dekat pintu gerbang rumah. Jika tidak memungkinkan boleh didirikan di tempat lain asal memenuhi aspek kesucian. Yang perlu diperhatikan, bangunan Palinggih Sedahan harus memenuhi syarat Pondamennya batu dasar terdiri dari dua buah bata merah masing-masing merajah “Angkara” dan “Ongkara” Sebuah batu bulitan merajah “Ang-Mang-Ung”; berisi akah berupa tiga buah batu merah merajah “Ang”, putih merajah “Mang”,dan hitam merajah “Ung” dibungkus kain putih merajah Ang-Ung-Mang Di madia berisi pedagingan panca datu, perabot tukang, jarum, harum-haruman, buah pala, dan kwangen dengan uang 200, ditaruh di kendi kecil dibungkus kain merajah padma denganpanca aksara diikat benang tridatu Di pucak berisi bagia, orti, palakerti, serta bungbung buluh yang berisi tirta wangsuhpada Pura Kahyangan Tiga. Persyaratan ini ditulis dalam Lontar Widhi Papincatan dan Lontar Dewa Tattwa. Jika palinggih sedahan tidak memenuhi syarat itu, yang melinggih bukan Bhatara Kala, tetapi roh-roh gentayangan itu antara lain Sang Butacuil. Jika melaspas atau ngelinggihan membutuhkan kepekaan dari seorang pinandita/pandita untuk tahu siapa yang menjadi penguasa tempat itu. Semua penguasa alam seperti Hyang Bahu Rekso, diketuai oleh Deva Ganesha, jadi Hyang Bahu Rekso dikelompokkan ke dalam GANA BHALA pasukan Gana, Jadi kalau di rumah menstanakan Ganesha itu sangat baik karena Ganesha meiliki multifungsi diantaranya adalah Sebagai VIGHNASVARA Penghalau segala rintangan OM VAKTRA TUNDA MAHA KAYA SURYA KOTI SAMAPRABHA NIRVIGHNA KURUME DEVA SARVA KARYESU SARVADAM. makanya para Balian meuja Beliau agar dapat menghilangkan penyakit. Sebagai SIDDHI DATA sebagai pemberi kesuksesan, SARVA KARYESU SARVADAM. Sebagai VINAYAKA Lambang kecerdasan intelek, makanya dijadikan simbol pengetahuan, dan baik untuk anak-anak. Sebagai BUDHIPRADAYAKA Memantapkan kebijaksanaan setiap Vaidika Dharma pencari kebenaran, Sebagai LAMBODARA Sumber kemakmuran. Akan lebih baik kalu di Penunggu Karang dilinggihkan Arca Ganesha devanya para Bahu Rekso, daripada tidak tahu siap yang distanakan. Penunggun Karang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bhumi Dalam perhitungan dasar Asta Bhumi, pekarangan rumah biasanya dibagi menjadi sembilan, yakni dari sisi kiri ke kanan; nista, madya dan utama serta dari sisi atas ke bawah; nista, madya dan utama. seperti gambar disamping. sehingga terdapat 9 bayangan kotak pembagian pekarangan rumah. adapun pembagian posisi tersebut antara lain Posisi utamaning utama adalah tempat “Sanggah Pemerajan” Posisi madyaning utama adalah tempat “Bale Dangin” Posisi nistaning utama adalah tempat “Lumbung atau klumpu” Posisi madyaing utama adalah tempat “Bale Daje atau gedong” Posisi madyaning madya adalah tempat “halaman rumah” Posisi nistaning madya adalah tempat “dapur atau pawon / pasucian” Posisi nistaning Utama adalah tempat “Sedahan Karang" Posisi nistaning Madya adalah tempat “bale dauh, tempat tidur” Posisi nistaning Nista adalah tempat “cucian, kamar mandi dll” biasanya digunakan tempat garase sekaligus “angkul- angkul” gerbang rumah. Setelah mengetahui posisi yang tepat sesuai dengan Asta Bhumi diatas untuk posisi sedahan karang, selanjutnya menentukan letak bangunan Sedan Karang tersebut. yaitu dengan mengunakan perhitungan Asta Kosala Kosali, dengan sepat atau hitungan tampak kaki atau jengkal tangan. perhitungannya dengan konsep Asta Wara Sri, Indra, Guru, Yama, Rudra, Brahma, kala, Uma. adapun perhitungannya Untuk pekarangan yang luas sikut satak , melebihi 4 are atau sudah masuk perhitungan “sikut satak”, posisi Sedahan Karang dihitung dengan dari utara menujuKala 7 tapak dan dari sisi barat menuju Yama 4 tampak .adapun alasannya adalahsesuai dengan fungsi Sedahan karang yaitu sebagai pelindung dan penegak kebenaran yang merupakan dibawah naungan dewa Yama dipati hakim Agung raja Neraka, serta tetap sebagai penguasa waktu dan semua kekuatan alam yang merupakan dibawah naungan Dewa kala. ini dimaksudkan agar Sedahan Karang berfungsi maksimal sesuai dengan yang telah diterangkan diatas tadi. Untuk pekarangan sempit yaitu pekarangan yang kurang dari 4 are seperti BTN, posisi Sedahan Karang dihitung dengan dari utara dan barat cukup menuju Sri atau 1 tampak saja. dengan maksud agar bangunan tersebut tetap berguna walau tempatnya cukup sempit, tapi dari segi fungsi tetap sama. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk semeton. Ampura jika ada penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Dan mohon dikoreksi bersama jika ada. Suksma.. Pernahkah Anda mendenger tentang Pengijeng atau Penunggun Karang Jadi Penentu Ilmu Hitam Bisa Masuk atau Tidak kepekarangan rumah? Pengijeng atau Penunggun Karang atau juga disebut sebagai Palinggih Kaje Kauh, yang merupakan salah satu pelinggih suci yang bertempat di paling pojok barat pekarangan rumah masyarakat Hindu Bali. Pelinggih Pengijeng karang ini berfungsi sebagai sedahan penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya agar senantiasa berada dalam lindungannya, tentram, rahayu sekala niskala. Pengijeng atauPenunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut juga Sedahan Karang di perumahan untuk membedakan dengan Sedahan Sawah di sawah dan Sedahan Abian di kebun/ tegalan/ abian. Pembangunan Pengijeng/Penunggun Karang Didalam lontar Kala Tattwa yang menyebutkan bahwa Ida Bethara Kala bermanifestasi dalam bentuk Sedahan Karang/ Sawah/ Abian dengan tugas sebagai Pecalang, sama seperti manifestasi beliau di Sanggah Pamerajan atau Pura dengan sebutan Pangerurah, Pengapit Lawang, atau Patih. Di alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata, tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh. Roh-roh yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang lama tidak di-aben, atau mati tidak wajar misalnya tertimbun belabur agung abad ke 18 akan mencari tempat tinggal dan saling melindungi diri dari gangguan roh-roh gentayangan, manusia membangun Palinggih Sedahan. Penempatan Penunggun Karang Penunggun Karang dapat ditempatkan dimana saja asal pada posisi “teben” jika yang dianggap “hulu” adalah Sanggah Kemulan. Karena fungsinya sebagai Pecalang, sebaiknya berada dekat pintu gerbang rumah. Jika tidak memungkinkan boleh didirikan di tempat lain asal memenuhi aspek kesucian. Silakan Tonton Juga Cara Membuat Banten, – Penunggun Karang memiliki banyak nama dan sebutan bagi orang Bali secara Khusus. Ada yang menyebut Pelinggih Sedahan karang, Tugu Pengijeng, pelinggih Tepas, Tugu Karang, Pelinggih Gana, Pengijeng, Siwa Reka dan mungkin masih ada yang lain sesuai desa kala patra masing-masing tempat. . ilustrasi Penunggun Karang . Pelinggih Sedahan Karang atau disebut dengan Pelinggih Sedahan karang, Tugu Pengijeng, pelinggih Tepas, Tugu Karang, Pelinggih Gana atau Pengijeng, jika diterjemahkan secara harfiah menjadi “kuil untuk penjaga rumah”. Kata “sanggah / tugu” berarti “tempat / bangunan suci”, kata “pengijeng/penunggun” berarti penjaga. . Posisi pada penempatan Penunggun Karang ini sesuai dengan desa kala patranya atau sesuai penglingsir yang menempati rumah tersebut. Artinya dimanapun penempatan Tugu pelinggih Penunggun karang boleh saja asalkan masih di dalam pekarangan. Tetapi kebanyakan orang-orang menempatkannya pada barat daya posisi rumah atau disamping pintu keluar agar saat keluar masuk bisa berucap bhakti memohon perlindungan dari Hyang Cili Manik Maya. Mantra Penangkal/Pengusir Leak Ganesha Juga Merupakan Simbol Bhatara Gana Sebagai Penjaga atau Pelindung “Piodalan untuk Penunggun Karang adalah hari suci TUMPEK WARIGA” Penunggun Karang merupakan stana Dewi Durga dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Durga Manik Maya atau lebih dikenal sebagai Sang Hyang Cili Manik Maya dan sebagai stana Bhatara Kala Raksa, karena beliau berdua dipercaya sebagai penguasa seluruh kekuatan tak kasat mata di Bali. Begitu juga sama dengan fungsi Bhatara Gana manifestasi Tuhan sebagai penjaga atau pelindung yang acap kali umat sedharman banyak memakai simbolis Bhatara Ganesha pada pintu masuk pekarangan rumah. . Penunggun Karang bertugas sebagai pelindung penghuni rumah dari orang berniat jahat dan gangguan gaib. Bagi penekun leak desti ilmu hitam, untuk mengirim teluh dan destinya kepada target terlebih dahulu ia harus memohon kepada Hyang Nini Bhairawi di pemuhunan setra kuburan. Atas perintah Hyang Nini, maka pasti disuruhlah si penekun desti ini meminta izin kepada Penunggun Karang si target jika mau mengirim teluh dan destinya ke sasaran. . Jika Penunggun Karang tidak memberikan izin dan tak berkenan, maka si penekun desti itupun tidak akan bisa berbuat apa-apa. . Lebih lanjut dijelaskan, jika ada orang berniat jahat seperti pencuri atau rampok. Percaya atau tidak, kekuatannya mampu membuat orang berniat jahat linglung, bingung dan yang lainnya. . Menariknya, Penunggun Karang mampu membuat perlindungan dengan tipuan ilusi bila ada orang berniat jahat yang memasuki rumah. Bisa membuat rumah seolah-olah nampak menjadi lautan sehingga orang yang berniat jahat lari tunggang-langgang. Bahkan Penunggun Karang, dapat membuat orang yang berniat jahat berjalan sepanjang hari mengitari pekarangan rumah itu tidak menemukan jalan pulang. Anehnya lagi, Penunggun Karang mampu memusnahkan dengan seketika jimat gaib seseorang yang berniat jahat. Fungsi Penunggun Karang BALI . Doa/Mantra di Penunggun Karang Om Sang Hyang Cili Manik Maya Sang Sedahan Karang Ya Namah Swaha. . Cara Melihat Tuhan Itu Ada Disini Palinggih yang memiliki fungsi sebagai pecalang niskala tentu akan selalu menjaga pekaranganya. Namun, hal penting yang harus diperhatikan adalah upacara sesajen yang harus dihaturkan agar tidak ngerebeda mengganggu manusia. Keseimbangan inilah yang perlu dijaga agar Pelinggih Sedahan Karang berfungsi secara maksimal. . Namun, belakangan kita yang campah acuh dengan kekuatan makhluk niskala yang ada di Tugu Karang. Bahkan kebanyakan dari kita mempertanyakan kembali sumber kebenaran dari keyakinan tersebut. Anehnya, banyak dari kita berspekulasi bahwa kepercayaan itu adalah kepercayaan sesat dan bertentangan dengan doktrin Weda. Ada kelompok tertentu, justru sengaja menghancurkan Pelinggih Tugu Karang menggantikannya dengan citra lain yang justru “kurang pas” dengan kepercayaan lokal Bali. . Penyebab Manusia Tidak Bisa Melihat Dewa Tuhan ? Fungsi Penunggun Karang BALI ini sangatlah sakral sebagai pelindung karang sehingga penghuni nyaman aman dan betah tinggal di rumah. . Source Kabar badung & Taksu Bali Post Views 552

doa sembahyang di penunggun karang