🐸 Pasar Yang Menjual Sayur Dan Buah Dalam Jumlah Besar
yangberbeda-beda dalam membeli buah-buahan di pasar Mardika dan terlihat nyata pada table 3 berikut ini. Tabel 3. Distribusi responden menurut umur yang melakukan pembelian buah-buahan di Pasar Mardika – Ambon Kelompok umur (thn) Jumlah (Konsumen) Presentase (%) < 20 8 12,12 21 – 30 22 33,33 31 – 40 22 33,33
Jadi dalam pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar, yakni: keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam menjelaskan ketika pengelolaan pasar induk diserahkan kepada PD Pasar, jumlah kios yang ada cuma 1.150 kios. Pasar induk lauchi ini menjadi wadah bagi para pembeli yang mencari buah dan sayur dalam
Salahsatu klasifikasi pasar tradisional yang cukup baik adalah yang digunakan di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Area Pasar. Perda ini disusun pasca terbitnya PERPRES No.112 Tahun 2007 dan Permendag No. 53/2008 sehingga telah mengacu kepada peraturan perundangan terbaru di bidang perpasaran.
Penelitiandilakukan di pasar Padang Luar Kabupaten Agam. Pasar Padang Luar merupakan salah satu sentra sayuran terbesar di Kabupaten Agam, sebagian besar hasil produksi pertanian di Kabupaten Agam dipasarkan di pasar Padang Luar. Penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan September-Oktober 2012. 3.2.
AbiansemalKabupaten Badung serta pembahasan mengenai potensi dan permasalahan yang terdapat pada di Pasar Desa Adat Blahkiuh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung ini. Sayur-sayuran - - 2 17 19 Buah-buahan - - 5 19 24 Ikan - - 3 7 10 menjual barang dalam jumlah besar dan banyak. Untuk toko di Pasar Desa Adat
3 Coba pilih dan kemas produk sendiri. Pasar makanan sungguh menguntungkan karena makanan dijual berdasarkan berat. Karena itu, Anda bisa membeli berbagai rempah langka dalam jumlah kecil, yang biasanya hanya ada dalam bungkusan besar. Produk-produk seperti kacang, rempah, buah segar, dan sayuran bisa dipilih sendiri oleh pembeli.
Setiapjenis pasar dalam bisnis menjual barang atau jasa yang spesifik. Oleh sebab itu, saat Sobat Lakuuu hendak memulai bisnis, tentukan barang atau jasa apa yang ingin dijual. Persaingan sempurna, di pasar ini jumlah penjual dan pembeli jumlahnya ideal. Biasanya barang yang dijual juga serupa atau spesifik. 5 Sayur Hidroponik yang
4 Usaha Mudah Di Jalankan. Dalam menjalankan bisnis es krim tidak harus memiliki kemampuan khusus, hanya saja anda harus tetap belajar bagaimana membuat es krim, dan itu cukup mudah untuk dipelajari, selain itu anda hanya perlu membuat inovasi es krim yang berbeda agar es krim anda unik dan menarik minat pembelinya.
Pasarswalayan dan superdrug store; ritel atau toko-toko besar yang menjual makanan ataupun obat-obatan dalam jumlah besar dan harga yang rendah. Convenience store; Ritel swalayan mini yang menjual produk kebutuhan sehari-hari yang biasanya berlokasi disekitaran tempat pemukiman penduduk dan buka 24 jam seperti alfamart dan indomart.
. Ilustrasi pasar buah-buahan dan sayuran. Gambar oleh stokpic dari Pixabay. Pasar premium buah-buahan dan sayuran meningkat 130 – 150% pada masa pandemi Covid-19, yaitu di ritel modern di Indonesia. “Permintaan meningkat terus, minimal 130 – 150% setiap bulan. Sampai hari ini juga mengalami peningkatan yang signifikan,” kata Feri Rahman Saputra. Hal itu disampaikan Deputi GM Merchandising Division PT AEON Indonesia, perusahaan retail modern, itu pada webinar yang dilaksanakan Majalah Agribisnis AGRINA, Rabu, 14 Juli 2021, dengan tema, Horticulture Business Key to Penetrate Premium Market. Webinar dengan moderator Windi Listianingsih, Pemimpin Redaksi Majalah AGRINA, itu menghadirkan pembicara berikut ini Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, Ketua Dewan Redaksi Majalah AGRINA, yang menyampaikan Opening Speech tentang pasar dan perhatian pemerintah terhadap agribisnis hortikultura di Indonesia. Manuel Madani, Priva SE Asia, Breakthrough in Greenhouse Produce. Friso Klok, Area Sales Manager Rijk Zwaan, Seed Innovation to Produce Premium Quality of Fruits and Vegetables. Welly Soegiono, Director PT Great Giant Foods, Sharing Experience and Horticulture Business Tips for Export. Feri Rahman Saputra, Deputy GM Merchandising Division PT AEON Indonesia, Entry Requirements to Premium Market Retail Modern. Nah, perlu diketahui, agribisnis hortikultura ini terdiri atas empat kelompok, yaitu Agribisnis buah-buahan seperti alpukat, anggur, buah naga, nenas, duku, durian, jambu biji, jeruk, lengkeng, mangga, pepaya, pisang, stroberi, semangka, dan melon. Agribisnis sayuran seperti asparagus, brokoli, bawang merah, bawang putih, bayam, cabai, kangkung, kentang, kubis, labu siam, paprika, paria, petsai, dan waluh labu kuning. Agribisnis tanaman obat seperti akar kucing, bangle, jahe, kunyit, jawer kotok, kapulaga, kemangi, kencur, lempuyang, lengkuas, lidah buaya, selasih, temulawak, dan sambiloto. Agribisnis tanaman hias seperti alamanda, anggrek, anyelir, bambu hias, bambu kuning, beringin, cemara, bunga kertas, kamboja jepang, kastuba, mawar, melati, dan palm. Mengisi pasar premium hortikultura Menurut Bungaran Saragih, perkembangan pasar produk-produk hortikultura di Indonesia bukan hanya karena pendemi Covid-19 tetapi juga karena masyarakat kian sadar makanan yang bergizi. Sebagaimana kita ketahui, buah-buahan dan sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh dan kesehatan pada umumnya. Yang menarik juga, kata pakar agribisnis itu, perkembangan pasar tersebut diikuti dengan terbentuknya segmentasi pasar. Misalnya buah-buahan dan sayuran untuk pasar premium. Segmentasi pasar tersebut tidak terlepas dari peningkatan daya beli masyarakat. Berdirinya ritel modern yang menjual buah-buahan dan sayuran turut membentuk segmen pasar premium. “Di masa mendatang, premium market ini akan semakin besar,” kata Bungaran dalam pengantar webinar. Di China juga, tambahnya, arahnya juga ke pasar premium hortikultura. Pasar premium ini di mulai di kota-kota besar seperti di Jabodetabek Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi untuk di Indonesia. Pasar premium di Jabodetabek ini lebih besar dari pasar di Australia atau lebih besar dari gabungan pasar di Singapura dan Malaysia. Selain di Jabodetabek, ada juga peluang pasar premium hortikultura di Surabaya Jawa Timur dan Medan Sumatra Utara. “Oleh karena itu, dari segi development, bagaimana kita memanfaatkan pasar premium yang ada di halaman kita,” tambah guru besar emeritus agribisnis IPB University itu. Tentu saja pasar premium hortikultura ini masih dinamis. Selain pertambahan kuantitas, tentu juga tuntutan kualitas. Ilustrasi buah nanas. Gambar oleh Joseph Mucira dari Pixabay. “Bisnis itu harus mengerti customer-nya. Customer menuntut yang lebih segar, lebih sehat, dan harga yang kompetitif,” tambah Ketua Dewan Redaksi Majalah Agribisnis AGRINA itu. Perhatian pemerintah terhadap hortikultura Dulu, kita banyak memberikan perhatian terhadap padi dan beras untuk pangan. Kemudian memberikan perhatian terhadap perkebunan seperti sawit untuk meningkatkan devisa ekspor. Namun, dengan beberapa kejadian terhadap produk pertanian seperti menurunnya pasar ekspor sawit, kita perlu memberi perhatian terhadap hortikultura di samping peternakan dan perikanan. Sebenarnya, di dalam negeri, kata Bungaran, perkembangan pasar produk-produk hortikultara berupa buah-buahan, sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias cukup pesat. Tetapi, “Bidang hortikultura mendapat perhatian yang sangat sedikit, baik dari pemerintah maupun dunia usaha. Barangkali karena itu dianggap bisnis yang kecil dan tidak strategis pada saat itu,” kata Menteri Pertanian periode 2000 – 2004 itu. Memang jika dilihat dari Produk Domestik Bruto PDB relatif kecil. Pada 2019, atas harga berlaku, PDB Subsektor Hortikultura sekitar Rp 239 triliun atau 16% dari PDB Sektor Pertanian. Tetapi, melihat perkembangan pasar hortikultura sekarang ini, baik di dalam negeri maupun pasar ekspor, kita perlu memberikan perhatian lebih besar terhadap Subsektor Hortikultura ini. Jangan sampai, pasar premium yang besar terutama untuk buah-buahan, justru diisi oleh produk-produk dari Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Jika ini yang terjadi, justru nilai tambahnya banyak dinikmati petani hortikultura di luar negeri, bukan dinikmati petani di Indonesia. Pasar hortikultura yang tumbuh alami di Indonesia Karena itulah Bungaran menyarankan untuk memberikan perhatian terhadap produk-produk hortikultura yang sudah tumbuh alami di Indonesia dengan pasar yang besar di dalam dan luar negeri. Misalnya pisang, nanas, jeruk, melon, salak, dan manggis. Karena itulah Welly Soegiono, Direktur PT Great Giant Foods GGF, yang antara lain memasarkan nanas kaleng di dalam dan luar negeri, meminta bimbingan pemerintah, terutama untuk pasar ekspor. “Kita harus membuat roadmap kebijakan hortikultura, meningkatkan ekspor hortikultura secara instan, yakni dengan membentuk tim perunding yang tangguh dan membuka pasar baru,” katanya. Welly memberikan contoh. Untuk masuk ke pasar ekspor, mereka diminta untuk mengantongi 20 sertifikasi. Selain itu, produsen pisang Cavendish Sunpride, itu juga mengalami diskriminasi untuk bea masuk ke pasar dunia. Bagi Welly, persyaratan 20 sertifikasi itu justru mendorong GGF untuk meningkatkan kualitas produk. “Untuk mendapatkan itu kami diaudit, sehingga apa yang kami kerjakan harus menerapkan segala sesuatu sesuai persyaratan yang ditentukan untuk mendapatkan sertifikat itu,” katanya. “Nah pertanyaan yang sama, apakah buah yang masuk ke Indonesia juga harus memenuhi 20 sertifikasi,” tanya Welly. Perlakuan yang sama memang diperlukan terhadap produk-produk hortikultura impor agar besarnya pasar premium di Indonesia tidak didominasi oleh produk-produk hortikultura impor. Bungaran meyakini, pasar premium produk-produk hortikultura di Indonesia kian besar. Untuk itulah perlu perhatian besar pemerintah terhadap pengembangan bisnis hortikultura di Indonesia. Penulis Andre Indratama Email Editor Syatrya Utama Email syatrya_utama Diperbarui terakhir, Sabtu, 24 Juli 2021.
Pasar konkret pasar nyata adalah sebuah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan sebuah transaksi jual beli tawar-menawar. Barang-barang yang diperjual belikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Misalnya pasar konkret yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Tapi ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayur-mayur. Pasar konkrit pada kenyataannya bisa dikelompokkan menjadi berbagai bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam barang yang dijual. Definisi Pasar Konkret Konkret berarti nyata atau bisa dilihat secara kasat mata fisik, maka pasar konkrit dapat diartikan sebagai tempat dimana para pembeli dan penjual barang berkumpul dan bertemu secara langsung, misalnya pasar-pasar tradisional dan swalayan. Ciri-Ciri Pasar Konkret Ciri-ciri pasar ini adalah sebagai berikut; Wujud pasar konkret yang nyata dan dapat dilihat secara kasat mata. Pelaku ekonomi yang terlibat di pasar konkret dapat dilihat secara nyata. Maksudnya, ada penjual yang sedang menawarkan barang dagangannya dan ada pembeli yang ingin membeli barang dagangannya. Barang yang diperjualbelikan di pasar ini juga terihat nyata. Misalnya, ada sekarung beras yang akan dijual oleh pedagang beras. Kegunaan Pasar Konkret Kegunaan pasar konkret bagi kegiatan ekonomi masyarakat sangat besar diantaranya adalah sebagai berikut; Pembeli akan mendapatkan barang yang dibutuhkan dengan mudah. Penjual juga dapat menawarkan barangnya dengan bebas, karena berkumpulnya sejumlah pembeli di lokasi pasar. Distributor akan mendapat kemudahan dalam mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen. Bagi pemerintah, pasar konkret dapat menambah kas pemerintah melalui pajak dan retribusi. Macam-Macam Pasar Konkret Pasar Nyata 1. Macam-macam pasar Konkrit Berdasarkan manajemen pengelolaan Pasar tradisional Pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya bisa berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar. Para pengelolanya bermodal kecil. Pasar modern Pasar modern merupakan pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang suatu kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. 2. Macam-macam pasar konkrit Berdasarkan manajemen pelayanan Pasar swalayan supermarket Pasar swalayan merupakan pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang barang yang dijual barang sebuah kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi. dan lainn sebagainya Pertokoan shopping centre Shopping centre pertokoan merupakan sebuah bangunan pertokoan yang berderet-deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yakni perumahan dan pertokoan, sehingga bisa dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa. Mall/plaza/supermall Mall/plaza/supermall merupakan tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih besar yang dipunyai/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan lain sebagainya. 3. Berdasarkan jumlah barang yang dijual Pasar eceran Pasar eceran merupakan tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai yaitu toko-toko kelontong, pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan sebagainya. Pasar grosir Pasar grosir merupakan sebuah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai besar, misalnya yaitu lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contohnya Alfa gudang rabat, pusat-pusat grosir, makro, dan lain sebagainya. Faktor Yang Mempengaruhi Luasnya Pasar Konkret Luas sebuah pasar di samping tergantung pada luasnya hubungan antara permintaan dan penawaran , tergantung pula pada faktor-faktor sebagai betikut; Barang yang Diperjualbelikan Dipergunakan Dimana-mana Tidak semua barang dapat diperjualbelikan di berbagai daerah, hal itu karena tidak semua masyarakat memiliki kesamaan jenis dalam produk atau barang yang dikonsumsinya. Misalnya saja sweater tebal sangat berguna bagi para konsumen yang berada diaerah kutub, namun baju itu tidak digunakan olek masyarakat oleh masyarakat Indonesia. Dengan demikian produk tersebut hanya diperjualbelikan di daerah tersebut saja. Sebaliknya, seperti halnya kacang-kacangan misalnya kacang kedelai dapat dikonsumsi oleh berbagai ras, daerah dan golongan masyatakat, sehingga produk ini dapat kita jumpai dimana-mana, akibatnya produk tersebut mengalami perluasan pasar. Barang Yang Diperjualbelikan Dapat Disimpan Lama Adanya suatu produk yang tahan lama awet dapat menciptakan perluasan pasar pada produk tersebut. Misalnya saja produk pertanian berupa sayur-mayur yang mayoritas produk tersebut tidak dapat disimpan lama, sehingga pendistribusiannya tidak begitu luas karena dapat mengakibatkan kebusukan dan berdampak pada biaya penyusutan terlalu banyak, dengan demikian skala pemasarannya hanya sebatas regional saja kecuali bila dilengkapi dengan alat simpan yang canggih. Beda halnya dengan produk pertanian yang berupa biji-bijian yang bisa lebih awet dibanding dengan sayur-mayur, sehingga pendistribusiannya lebih luas dan perluasan pasar terhadap produk ini pun dapat terjadi. Biaya – biaya Transportasi Dalam pendistribusian barang dari tempat produksi suatu produk sampai ketangan konsumen memerlukan transportasi sebagai sarana angkut produk tersebut. Namun sarana tersebut tidaklah gratis melainkan memerlukan biaya, yang pada suatu perusahaan atau unit usaha produksi, biaya transportasi dianggap sebagai biaya variable cost VC, yang besarnya biaya transportasi berubah–ubah tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan dan jarak yang ditempuh.. Sehingga sudah jelas biaya produksi sangat mempengaruhi perluasan pasar. Standarisasi Produk Kemungkinan mengadakan standarisasi akan mempengaruhi perluasan pasar terhadap barang yang diproduksi. Misalnya saja memberikan standarisasi label halal pada setiap produk makanan, minuman dan obat-obatan sehingga produk tersebut bukan saja dapat dikonsumsi oleh konsumen non muslim melainkan konsumen muslim pun bisa mengkonsumsinya, pencantuman tanggal kadaluarsa, izin BPOM, adanya lisensi ISN International Standaritation Number dan lain – lain. Pasar Persaingan Sempurna Jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang banyak dan produk yang dijual bersifat homogen. Persaingan akan terjadi apabila penjual dan pembeli dalam jumlah besar mengadakan saling hubungan secara aktif dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Contoh produknya seperti beras,gandum, dan kentang. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri Jumlah penjual dan pembeli banyak Barang yang dijual bersifat homogen Penjual bersifat mengambil harga price taker Posisi tawar komsumen kuat Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata Sensitif terhadap perubahan harga Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar
ArticlePDF Available AbstractPenyaluran barang-barang dari pihak produsen ke konsumen sangat membutuhkan jasa perantara, yang biasanya dikenal dengan pedagang perantara/keliling. Pedagang perantara/keliling ini menerima barang langsung dari produsen dan menjual barangnya secara door to door dari rumah kerumah. Banyak persoalan yang dihadapi oleh pedagang perantara/keliling baik yang berhubungan langsung dengan pemasaran hasil-hasil pertanian maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya pedagang dan tingkat harga yang diterima pedagang untuk hasil pendapatannya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan pedagang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang sayuran buah keliling dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata total tingkat pendapatan yang diterima dari kelima komoditi sayuran buah yaitu kacang panjang, buncis, terong, tomat dan ketimun per satu bulan penjualan tergolong tinggi yaitu sebesar Rp. tingginya tingkat pendapatan ini karena lebih besar dari dari biaya produksi yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai R/C lebih dari satu, yakni 2,05. Sedangakan berdasarkan hasil analisis regresi faktor umur dan faktor tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat pendapatan. Faktor jumlah beban tanggungan mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat pendapatan. Artinya jika adanya penambahan 1 satu unit jumlah beban tanggungan maka akan mengakibatkan kenaikan tingkat pendapatan sebesar 1 satu rupiah dengan asumsi cateris paribus. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 81 ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG SAYURAN BUAH KELILING DI DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE Susanti Sylfia Sairdama Staf Pengajar Faperta USWIM-Nabire, e-mail - ABSTRAK Penyaluran barang-barang dari pihak produsen ke konsumen sangat membutuhkan jasa perantara, yang biasanya dikenal dengan pedagang perantara/keliling. Pedagang perantara/keliling ini menerima barang langsung dari produsen dan menjual barangnya secara door to door dari rumah kerumah. Banyak persoalan yang dihadapi oleh pedagang perantara/keliling baik yang berhubungan langsung dengan pemasaran hasil-hasil pertanian maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya pedagang dan tingkat harga yang diterima pedagang untuk hasil pendapatannya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan pedagang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang sayuran buah keliling dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata total tingkat pendapatan yang diterima dari kelima komoditi sayuran buah yaitu kacang panjang, buncis, terong, tomat dan ketimun per satu bulan penjualan tergolong tinggi yaitu sebesar Rp. tingginya tingkat pendapatan ini karena lebih besar dari dari biaya produksi yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai R/C lebih dari satu, yakni 2,05. Sedangakan berdasarkan hasil analisis regresi faktor umur dan faktor tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat pendapatan. Faktor jumlah beban tanggungan mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat pendapatan. Artinya jika adanya penambahan 1 satu unit jumlah beban tanggungan maka akan mengakibatkan kenaikan tingkat pendapatan sebesar 1 satu rupiah dengan asumsi cateris paribus. Kata Kunci Pedagang, Nabire, sayur-sayuran. I. PENDAHULUAN Latar belakang Peningkatan produksi pertanian tidak akan mempunyai arti kalau produk-produk yang berlebihan itu tidak dapat dipasarkan dengan baik atau memperoleh nilai pemasaran yang wajar. Pada masa dimana suatu bangsa hanya memproduksi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, aktifitas pemasaran pun belum ada tetapi setelah ada kelebihan produksi yang dihasilkan suatu keluarga atau dirasakan adanya kekurangan akan sesuatu yang dibutuhkan, maka pada saat itu pula mulai diadakannya kegiatan pertukaran barang, Limbong, 1987. Penjualan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari atau mengusahakan agar ada pembeli atau ada permintaan pasar yang potensial terhadap barang dan jasa yang dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan. Penjualan juga melakukan perencanaan tentang cara-cara atau pola penjualan yang Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 82 bagaimana yang dapat menjamin adanya kemantapan permintaan pasar dari barang dan jasa yang diusahakan, Limbong, 1987. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam penyaluran barang-barang dari pihak produsen ke konsumen sampai kebeberapa pedagang perantara, dimana pedagang dapat dalam bentuk perseorangan pengecer yang menjadi perantara untuk menjual barang-barang dalam jumlah kecil secara langsung kepada para konsumen akhir. Biasanya pedagang keliling ini menerima barang langsung dari produsen dan menjual barangnya secara door to door dari rumah kerumah. Kampung Wadio Kampung Kalisemen dan Kampung Bumiraya merupakan salah satu sentra produksi sayur-sayuran di Distrik Nabire Barat yang senantiasa mendistribusikan hasil produksinya ke pasar-pasar yang ada di Kabupaten Nabire seperti Pasar Pagi, Pasar Karang dan Pasar Kalibobo. Disamping sentra produksi sayuran, ketiga kampung tersebut juga merupakan sentra pedagang sayur keliling serta letak ketiga kampung ini cukup dekat dengan Kabupaten Nabire sehingga mempermudah pedagang keliling untuk menjajahkan jualannya di Kabupaten Nabire dari rumah ke rumah. Pedagang keliling yang ada pada daerah penelitian merupakan masyarakat setempat yang adalah masyarakat transmigran dari Jawa yang mata pencaharian utama mereka adalah sebagai pedagang keliling yang menjajahkan sayuran dari rumah ke rumah dengan menggunakan kendaraan beroda dua disamping sebagai petani jeruk manis. Kegiatan menjual sayuran keliling disebabkan karena Kampung Wadio merupakan sentra produksi sayuran yang mempunyai sifat-sifat 1. Merupakan salah satu bahan pangan yang diperlukan oleh seluruh masyarakat, 2. Permintaan terhadap sayur-sayuran terus meningkat dan 3. Mudah rusak sedangkan masyarakat pada umumnya memerlukan sayuran yang masih segar. Disamping itu juga mata pencaharian sebagai pedagang keliling ini menurut mereka dapat memperoleh pendapatan yang menguntungkan. Banyak persoalan yang dihadapi oleh pedagang pengumpul baik yang berhubungan langsung dengan pemasaran hasil-hasil pertanian maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya pedagang dan tingkat harga yang diterima pedagang untuk hasil pendapatannya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan pedagang Mubyarto, 1980. Untuk itu pedagang harus benar-benar memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan dimana pedagang harus menjual barang-barang daganganya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan Mosher, 1991. Perumusan Masalah Berdasarkan penulisan latar belakang diatas maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah - Berapa besar pendapatan yang diterima oleh pedagang sayuran buah keliling. - Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. Tujuan Penelitian - Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang sayuran buah keliling. - Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. - Kegunaan Penelitian - Memperoleh gambaran tentang besarnya pendapatan pedagang sayuran buah keliling sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. - Sebagai informasi bagi pedagang sayuran buah keliling di daerah penelitian secara khusus dan pedagang Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 83 lain secara umum dalam rangka peningkatan taraf hidup mereka. - Sebagai bahan informasi bagi penelitian lain yang masalahnya berkaitan dengan tingkat pendapatan. Hipotesa Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang disajikan sebagai dasar dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut - Diduga pendapatan yang diperoleh pedagang sayur buah keliling menguntungkan. - Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling adalah umur, pendidikan dan jumlah beban tanggungan. II. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Februari sampai dengan April 2009, bertempat di kampung Wadio kampung Kalisemen dan Bumiraya Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire, sengaja dipilih sebagai tempat penelitian dengan alasan ketiga desa tersebut merupakan tempat tinggal para pedagang sayuran buah keliling. Metode Penentuan Sampel Penetuan sampel pedagang dilakukan secara acak sederhana Simple Random Sampling, sebesar 25 orang atau 20 persen jumlah pedagang-pedagang sayuran buah keliling di kampung Wadio Kalisemen dan bumiraya sebanyak 125 orang. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei melalui kegiatan wawancara dan pengisian daftar pertanyaan Kuesioner pedagang. Variabel yang digunakan sebagai indikator antara lain karakteristik pedagang responden dan data produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Desa setempat dan instansi-instansi lain yang terkait dengan penelitian ini. Kerangka Analisa Untuk menguji hipotesis dan mengetahui besarnya pendapatan yang diterima dari harga jual yang berlaku ditingkat pedagang, maka digunakan formula sebagai berikut Pd = TR1 - TC 1 .......................1 Dimana Pd = Pendapatan Pedagang Sayuran TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Kemudian digunakan untuk menilai kelayakan usaha tani, dimana indikatornya sebagai berikut RCR = TR/ TC …………………2 Dimana RCR = Return/Revenue and Cost Rasio TR = Total Penerimaan Total Revenue TC = Total Biaya Produksi Total Cost Kriteria keuntungan dengan indikator ini adalah RCR > 1 dianggap layak, sedangkan RCR 48 3 12,00 Total 25 100,00 Sumber Data Data Primer, 2008. Tabel 1 memperlihatkan kategori umur pedagang responden yang dibedakan atas 3 tiga golongan yaitu pedagang sayur keliling yang berumur muda sebanyak 13 tiga belas orang 52,00%, pedagang sayur keliling yang berumur sedang antara sebanyak 9 sembilan orang 36,00% dan 3 tiga orang 12,00% petani responden yang berumur tua. Rata-rata umur responden yaitu 33,33 tahun. Dari segi umur yang mendominasi pedagang responden yaitu pedagang yang dikategorikan berumur muda yaitu antara <37 tahun sebanyak 52,00%. Besarnya persentase responden ini menunjukkan bahwa banyaknya usia produktif dalam mengusahakan aktifitas berdagang sayuran. Pendidikan Menurut Mosher 1987, pendidikan diperlukan agar pedagang dapat bertindak rasional, dapat membina kepercayaan-kepercayaan serta tradisi-tradisi masyarakat yang menunjang pembangunan dan sebaliknya berusaha mengurangi pengaruh dan kepercayaan serta tradisi yang menghambat pembangunan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeharjo 1975, yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki pedagang sangat menentukan keberhasilan pedagang dalam mengelola usahanya. Rata-rata tingkat pendidikan yang dimiliki pedagang sayur keliling di daerah penelitian masih rendah atau hanya mampu bersekolah selama 6 enam tahun tingkat SD dan terdapat beberapa pedagang memiliki tingkat pendidikan SMP dan ada juga sebagian dari responden yang pernah bersekolah sampai tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat SMA tetapi tidak dapat menyelesaikannya sehingga ijazah tertinggi yang dimiliki adalah ijazah SMP. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Jumlah Presentase Pendidkan orang % SD 16 64,00 SMP 9 36,00 Total 25 100,00 Sumber Data Data Primer, 2008. Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan SD sebanyak 16 enam belas orang dengan persentasenya sebesar 64,00% atau hanya mampu bersekolah selama 6 enam tahun. 9 sembilan orang pedagang responden 36,00% mampu bersekolah pada tingkat SMP selama 9 sembilan tahun. Sedangkan yang bersekolah lebih dari sembilan tahun ada tetapi tidak sampai menamatkan SMA. Ini berarti bahwa pedagang responden pada daerah penelitian hanya mampu bersekolah pada tingkat Sekolah Dasar SD. Jumlah Beban Tanggungan Besar kecilnya jumlah anggota keluarga memacu pedagang untuk lebih giat lagi dalam berusaha, guna memperoleh pendapatan yang lebih besar. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 85 Mengingat pedagang terhadap pemenuhan kesejahteraan setiap anggota keluarganya. Data yang diperoleh pada daerah penelitian menunjukkan bahwa besarnya beban tanggungan pedagang responden berkisar antara 2 dua sampai dengan 10 sepuluh orang. Jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Beban Tanggungan Jumlah Beban Jumlah Persentase Tanggungan orang % Rendah 1-2 orang 3 12,00 Sedang 3-6 orang 16 64,00 Tinggi 7-10 orang 6 24,00 Total 25 100,00 Sumber Data Data Primer, 2008. Berdasarkan tabel 3 dijelaskan bahwa pedagang yang memiliki jumlah tanggungan rendah 1-2 orang sebanyak 3 tiga orang dengan persentase 12,00%, sedangkan pedagang yang memiliki beban tanggungan sedang 3-6 orang sebanyak 16 enam belas orang dengan persentasenya 64,00% dan pedagang yang memiliki tanggungan tinggi 7-8 orang sebanyak 6 enam orang dengan persentase 24,00%. Keadaan Usahatani Umumnya pedagang sayuran buah keliling di Kabupaten Nabire yang berasal dari Desa Wadio Kalisemen dan Bumi Raya Tidak hanya berjualan sayuran buah saja, disamping berjualan sayuran buah pedagang tersebut juga menjual sayuran daun, sayuran sebagai bumbu-bumbuan, sayuran bunga, umbi-umbian dan masih banyak lagi yang didagangkan. Selengkapnya mengenai sayuran buah yang didagangkan dan banyak diminati oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 nampak jelas bahwa komoditi sayur kacang panjang yang paling banyak dijual oleh pedagang. Untuk perhitungan 1 satu bulan para pedagang sayuran buah keliling sebanyak 25 responden menghabiskan ikat kacang panjang dengan persentase 24,33%. Alasan mereka ialah permintaan/selera konsumen terhadap komoditi ini dan juga harga jualnya yang murah. Disusul dengan dengan komoditi ketimun yang menghabiskan ikat dengan persentase 19,84%, kemudian komoditi tomat dan terong masing-masing menghabiskan bungkus dengan persentase 19,59% dan ikat dengan persentase 18,68% sedangkan komoditi yang paling sedikit di jual oleh pedagang adalah buncis, yang hanya menghabiskan bungkus dengan persentase 17,56%. Tabel 4. Banyaknya Sayuran Buah Yang diusahakan Menurut Jenisnya Untuk Satu Bulan Penjualan Di Desa Wadio, Kalisemen Dan Bumi Raya, 2008. Jenis Tanaman Jumlah Persentase Ikat/bungkus % Kacang Panjang 24,33 Buncis 17,56 Terong 18,68 Tomat 19,59 Ketimun 19,84 Total 100,00 Sumber Data Data Primer, 2008. Untuk itu pedagang responden harus benar-benar memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan dimana pedagang harus menjual produk-produknya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkannya. Biaya Usahatani Sayuran Buah Biaya Produksi Kegiatan usahatani pedagang sayuran buah keliling hanya memerlukan biaya produksi yang meliputi harga beli dan biaya transportasi. Kegiatan ini tidak memerlukan biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya karena pedagang sayuran buah keliling ini bekerja sendiri tanpa dibantu buruh atau pekerja tetap yang dibayar. Biaya merupakan faktor produksi yang sangat menentukan kelangsungan proses Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 86 produksi, mengingat biaya adalah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan, dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil Wasis,1992. Biaya yang dikeluarkan oleh seorang pedagang dalam proses produksi sehingga membawanya menjadi produk disebut biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Adapun biaya tetap dalam usahatani sayuran buah keliling yang digunakan oleh pedagang responden pada daerah penelitian antara lain adalah biaya untuk pembelian bensin yaitu biaya transportasi. Sedangkan biaya variabel meliputi harga beli sayuran buah itu sendiri. Untuk lebih jelasnya pada tabel memperlihatkan adanya peerbedaan biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan R/C untuk masing-masing komoditi yang diusahakan pedagang responden dalam 1 satu bulan produksi. Tabel 5. Rata-rata Biaya Pemasaran, Penerimaan, Pendapatan Dan R/C Komoditi Sayuran Buah Untuk Satu Bulan Penjualan Di Desa Wadio, Kalisemen Dan Bumi Raya, 2008. No. Jenis Komoditi Produksi Harga Jual Biaya Pemasaran Penerimaan Pendapatan R/C Sayuran Buah Ikat Rp/Ikat Rp Rp Rp 1. Kacang Panjang 389,76 1,44 2. Buncis 281,28 1,64 3. Terong 299,20 1,66 4. Tomat 313,84 2,33 5. Ketimun 317,92 2,19 Total 2,05 Sumber Data Data Primer, 2008 Berdasarkan hasil analisis tabel menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi kelima jenis komoditi sayuran yang dijual dalam satu kali penjualan yaitu pada komoditi kacang panjang sebesar Rp. komoditi buncis sebesar Rp. komoditi terong dengan biaya sebesar Rp. sedangkan untuk komoditi tomat dan komoditi ketimun masing-masing sebesar Rp. dan Rp. Dari data tersebut terlihat adanya perbedaan biaya produksi dimana ada komoditi yang memerlukan biaya produksi besar dan ada juga yang memerlukan biaya produksi kecil. Harga Jual Harga merupakan indikator penting bagi penjual dan pembeli dalam hal ini pedagang sayuran buah keliling dengan konsumen akhir. Bagi pedagang sebagai produsen, harga menjadi pedoman untuk melaksanakan produksi dan bagi konsumen akhir untuk melaksanakan putusan untuk membelinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara pedagang sayuran buah keliling yang satu dengan pedagang yang lainnya tidak terjadi perbedaan harga ini dikarenakan pedagang responden mengambil produk sayuran tersebut di satu tempat yang sama dengan harga yang sama pula, sehingga dari masing-masing pedagang serempak memberikan harga yang sama. Pendapatan Usahatani Pedagang Sayuran Buah Dan Nilai R/C Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi dibidang pertanian yang pada akhirnya dpat dinilai dengan uang, setelah memperhitungkan biaya produksi maka pedagang akan memperoleh pemasukan atau yang sering disebut dengan pendapatan, dimana pendapatan ini akan mendorong pedagang untuk mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan. Menurut Soeharja 1979, besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang dalam satu kali penjulannya berbeda-beda, bahkan dalam penjualan jenis komoditi yang sama mempunyai pendapatan yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian pedagang responden berusaha untuk Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 87 meningkatkan pendapatannya dengan menjual keanekaragaman komoditi sayuran. Selain sayuran buah pedagang responden juga menjual berbagai jenis sayuran daun, lauk pauk dan makanan jadi lainnya, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pedagang. Berdasarkan tabel pendapatan sayuran kacang panjang sebesar Rp. Komoditi buncis sebesar Rp. Komoditi terung sebesar Rp. Komoditi tomat sebesar Rp. dan untuk komoditi ketimun Rp. Dilihat dari perbedaan pendapatan untuk kelima komoditi sayuran buah yang dijual, maka pendapatan yang paling tinggi adalah komoditi ketimun, mengingat harga jual untuk komoditi ini tinggi berbeda dengan harga jual sayuran buah yang lain. Lain halnya dengan komoditi buncis yang pendapatannya rendah. Hal ini disebabkan karena jumlah produk yang dijual sedikit, harga jualnya rendah dan terlebih lagi permintaan akan sayuran buah ini sangat rendah sehingga mempengaruhi pendapatan pedagang. Keuntungan yang diperoleh oleh pedagang sayuran buah dalam satu kali penjualan berbeda-beda. Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa rata-rata nilai R/C untuk tiap komoditi sayuran buah berbeda. Nilai R/C untuk komoditi kacang panjang sebesar 2,44 yang berarti bahwa apabila 1 satu unit input ditambah maka output yang dihasilkan juga akan bertambah sebesar Rp 2,44, komoditi buncis sebesar 1,65 yang berarti bahwa apabila 1 satu unit input ditambah maka output yang dihasilkan akan bertambah sebesar Rp 1,65, komoditi terong sebesar 1,67 yang berarti bahwa jika 1 satu unit input ditambah maka output yang dihasilkan juga akan bertanbah sebesar Rp 1,67, komoditi tomat sebesar 2,34 yang berarti bahwa 1 satu unit input ditambah maka akan menghasilkan output sebesar 2,34 dan komoditi ketimun sebesar 2,19 yang berarti bahwa apabila 1 satu unit input ditambah maka output akan bertambah sebesar Rp 2,19. Berdasarkan kriteria keuntungan penjualan rata-rata dari kelima sayuran buah yaitu 2,05. Dimana nilai R/C lebih dari 1 satu, maka kegiatan ini layak untuk diusahakan, karena mendatangkan keuntungan dan dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan pedagang sayuran keliling. Dengan demikian berdasarkan tabel total rata-rata pendapatan pedagang sayuran buah keliling dalam 1 satu bulan penjualan yaitu sebesar Rp. sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan pedagang sayuran buah keliling menguntungkan. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan Dan Jumlah Beban Tanggungan Dengan Pendapatan Pedagang Sayuran Buah Keliling Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pedagang sayuran buah keliling di Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur, tingkat pendidikan dan jumlah beban tanggungan yang berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh oleh pedagang sayuran buah keliling di Distrik Nabire Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Pedagang Sayuran Buah Keliling di Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire. Pendapatan Pedagang Sayuran Buah Keliling Constanta X1 Umur X2 Pendidikan X3 Jumlah Tanggungan 324,037 - 13,444 -47,026 18,254 Sumber data Data Primer, 2008 Berdasarkan perhitungan regresi berganda yang dituangkan dalam tabel terlihat bahwa untuk pendapatan pedagang sayuran buah keliling dapat disusun hasil regresi sebagai berikut Y = 324,037 – 13,444 X1 – 47,026 X2 + 18,254 X3. Dari persamaan diatas jelas terlihat bahwa dengan nilai konstanta sebesar 324,037 berarti bahwa pendapatan pedagang dari Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 88 hasil penjualan sayuran buah keliling tidak terjadi perubahan apabila variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan tidak mengalami perubahan dan dianggap tetap Cateris paribus. Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa untuk nilai koefisien umur X1 dan koefisien tingkat pendidikan X2 yaitu masing-masing sebesar -13,444 dan menunjukkan bahwa faktor umur dan faktor tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dengan pendapatan. Artinya jika adanya peningkatan faktor umur dan faktor tingkat pendidikan sebesar 1 satu unit akan mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar dan Rp. 47,026. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor umur dan faktor tingkat pendapatan berpengaruh terbalik dengan pendapatan dengan asumsi cateris paribus. Jelas terlihat bahwa pedagang sayuran buah keliling mempunyai tingkat pendapatan yang relatif rendah sedangkan pendapatan yang diperoleh pedagang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor umur dan faktor tingkat pendidikan pedagang tidak mempengaruhi pendapatan pedagang. Lain halnya dengan faktor jumlah beban tanggungan yang mempunyai hubungan positif dengan pendapatan dengan asumsi cateris paribus, dimana koefisien faktor beban tanggungan sebesar 18,254, yang artinya jika ada penambahan 1 satu satuan jumlah beban tanggungan keluarga, maka akan mengakibatkan kenaikan pendapatan sebesar Rp. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor jumlah beban tanggungan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Jelas terlihat bahwa semakin besar jumlah beban tanggungan pedagang maka pedagang akan terus berusaha untuk meningkatkan pendapatan mereka guna memenuhi semua kebutuhan keluarga dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikukakan kesimpulan sebagai berikut - Rata-rata total tingkat pendapatan yang diterima dari kelima komoditi sayuran buah per satu bulan penjualan tergolong tinggi yaitu sebesar Rp. tingginya tingkat pendapatan ini karena lebih besar dari dari biaya produksi yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai R/C lebih dari satu, yakni 2,05. Dengan demikian maka kegiatan perdagangan sayuran buah keliling ini layak untuk terus diusahakan karena mendatangkan keuntungan. - Berdasarkan hasil analisis regresi faktor umur dan faktor tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat pendapatan. Artinya jika ada peningkatan 1 satu unit sebuah variabel maka akan menurunkan pendapatan sebesar 1 satu rupiah, dengan asumsi cateris paribus. Faktor jumlah beban tanggungan mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat pendapatan. Artinya jika adanya penambahan 1 satu unit jumlah beban tanggungan maka akan mengakibatkan kenaikan tingkat pendapatan sebesar 1 satu rupiah dengan asumsi cateris paribus. Saran Dari hasil penelitian ini disarankan untuk perlu adanya satu kelompok atau organisasi pedagang sayuran buah keliling dalam mengontrol perkembangan pedagang sayuran buah keliling, dan adanya perhatian pemerintah setempat dalam mengakomodir pedagang sayuran buah keliling ini. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 89 DAFTAR PUSTAKA Ilmu Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan Pertanian, Andi Offset, Yogyakarta. Hernanto, Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta Kartasapoetra, Manajemen Pertanian Agribisnis. Penerbit PT. Bina Angkasa, Jakarta. Mubyarto,1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta Mosher, AT. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta. Mott, G. 1992. Dasar-Dasar Penetapan Biaya. Penerbit Arcan. Jakarta. Prayitno dan Arsyad, 1987. Petani Desa Dan Kemiskinan, BPFE. Yogyakarta. Soekartawi, Dr. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Universitas Brawijaya. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suharjo, 1979. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan PertanianDaftar A Pustaka AdiwilagaDAFTAR PUSTAKA Ilmu Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan Pertanian, Andi Offset, Usahatani. Penerbit Penebar SwadayaF HernantoHernanto, Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya, JakartaPengantar Ekonomi PertanianMubyartoMubyarto,1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. JakartaMenggerakkan dan Membangun PertanianA T MosherMosher, AT. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Penerbit CV. Yasaguna. Penetapan Biaya. Penerbit ArcanG MottMott, G. 1992. Dasar-Dasar Penetapan Biaya. Penerbit Arcan. Desa Dan KemiskinanArsyad Prayitno DanPrayitno dan Arsyad, 1987. Petani Desa Dan Kemiskinan, BPFE. Pokok Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian BogorSuharjoSuharjo, 1979. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan Pertanian, Andi OffsetA Ilmu Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan Pertanian, Andi Offset, Pertanian Agribisnis. Penerbit PTG KartasapoetraKartasapoetra, Manajemen Pertanian Agribisnis. Penerbit PT. Bina Angkasa, Jakarta.
pasar yang menjual sayur dan buah dalam jumlah besar