đŽ Makna Puisi Deru Campur Debu
SastraAngkatan 45, bentuk: Puisi. Karya: Chairil Anwar. Ini adalah salah satu puisi dari seorang maestro yaitu Chairil Anwar, dengan kata yang lugas, kaya makna, dan indah untuk difahami. Dari buku: Deru Campur Debu â
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk pendeskripsian penggunaan bahasa figuratif, makna bahasa figuratif, dan rencana implementasi bahasa figuratif dalam kumpulan puisi DCD karya Chairil Anwar. Metode penelitian adalah metode deksriptif bentuk kualitatif dengan pendekatan semiotik. Berdasarkan hasil analis data, maka dihasilkan simpulan sebagai berikut : 1) Penggunaan bahasa figuratif dalam
3 ) penggunaan gaya bahasa kumpulan puisi "Deru Campur Debu" karya Chairil Anwar.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif.Objek penelitian ini adalah 1)st ruktur, diksi, majas, persajakan, gaya bahasa dan 2) makna atau pesan yang terkandung dalam puisi-puisi Chairil Anwar. Data penelitian ini
DeruCampur Debu pertama diterbitkan di tahun kematian Chairil Anwar pada tahun 1949. Kemudian puisi-puisi ini diterbitkan kembali dan dilengkapi dengan ilustrasi oleh Oesman Effendi tahun 1958. Kulit di sebelah merupakan edisi 1958 Chairil Anwar Kawanku dan Aku Sudah larut sekali. Hilang tenggelam segala makna. Dan gerak tak punya arti.
Berpuisidan Diterima35 Contoh teks puisi Chairil Anwar, puitis dan penuh makna Jul 31, 2022 · Saya tidak tahu dan mungkin tidak ada yang tahu kecuali beliau sendiri. Kumpulan sajaknya: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (bersama Rivai Apin + Asrul Sani, 1950). Sajak
Puisidoa karya chairil anwar menjadi salah satu karya sastra yang populer di tanah air. Pada puisi tersebut terdapat beberapa diksi seperti "penuh seluruh" memang dua kata tersebut mempunyai makna yang sama namun penulis. Makna Dan Larik Puisi Doa » 2021 Ramadhan Analisis puisi doa berdasarkan struktur fisik (lahir) dan struktur batinnya para pelajar di
Keyword: Metafora, Bentuk, Makna, dan Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Abstrak Puisi lama karya Chairil Anwar sangat kaya akan kiasan-kiasan tajam dan menikam. Diantara gaya khasnya dalam berpuisi adalah menggunakan warna-warna kuning, hijau, lembayung, dan sebagainya yang merupakan representasi dari sikap hidup, gagasan serta perbuatan yang selalu muncul dalam sajak-sajaknya.
Strukturreligiusitas kumpulan puisi "Deru Campur Debu" kanya Chairil Anwar oleh Ratnawati, Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra mengungkap aspek religiusitas secara langsung (religiusitas otentik). Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun.
Abstrak Penelitian ini mengkaji struktur lahir pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Cha iril Anwar. Adapun empat puisi yang di kaji yakni " Kepada Peminta-Minta ", " Sajak Putih ", " Senja
. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segla macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan teori, ide, dan sistem berfikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berfikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha kebutuhan keindahan manusia. Disamping itu, sastra harus pula mampu menajadi wadah penyampaiaan ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan manusia. Dalam proses kreatif karya sastra, banyak unsur yang terlibat di dalamnya, seperti ilmu pengetahuan, wawasan, pemikiran, keyakinan, dan pengalaman fisik, serta unsur imajinasi pengarang. Unsur yang terakhir itu sangat memegang peranan penting dan memberi nilai lebih, bahkan menjadi nilai dari karya sastra. Karya sastra lahir dan bersumber dari pengalaman sastrawan sendiri, baik dalam bentuk pengalaman lahiriyah maupun pengalaman bathiniyah. Secara sadar atau tidak sadar, sastrawan mengungkapkan pengalaman tersebut ke dalam karyanya yang dimaksudkan sebagai konsumsi mental dan pikiran orang lain. Pada waktu karya sastra ditulis, ada orang lain dalam pikiran pengarang, dan setelah karya sastra ditulis orang lain itu tidak lain adalah pembaca. Dengan demikian, melalui karyanya, pengarang menghimbau dan mengajak pembaca untuk ikut mengalami dan mengajak pembaca untuk ikut mengalami dan merasakan pengalaman lahir atau batinnya yang pernah dialami dan dirasakannya. Karya sastra juga merupakan produk imajinasi pengarang, yaitu sebuah hasil proses pemikiran dan pengamatan intens pengarang terhadap kehidupan. Imajinai itu tidak muncul tanpa danya fakta yang dipikirkan. Puncak dari pemikiran memunculkan konsep yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra. Sastra sebagai salah satu dunia ekspresi juga tidak terlepas dari proses pemikiran, artinya pola berfikir penulis atau pengarang akan menentukan pola dan corak karyanya. Dari sinilah bermula beragamnya karya dengan ciri khas tertentu, yang membedakan antara karya pengarang yang satu dengan pengarang yang lainnya. Tentu telah sering mendengar kata puisi, tetapi setiap kalidiminta untuk menjelaskan pengertian puisi, sering menjumpai kesulitan karena begitu banyak ragam puisi sehingga rumusan tentang pengertian puisi. Secara etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani pocima âmembuatâ atau poeisis, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan membuat dan pembuatan, karena dalam puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia sendiri, yang memungkinkan berisi pesan atau gambaran suasana-suasan tertentu, baik fisik maupun batiniah Aminuddin, 2011134. Puisi mudah dijumpai di kolom sastra pada edisi hari Minggu pada surat kabar yang terdiri sebanyak 4-6 puisi. Terkadang pembaca susah memahami isi maksud yang pengarang sampaikan, namun ada pula yang bisa langung menebak maksud pengarang yang disampaikan melalui puisi tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pembaca agar mengetahui makan yang tersimpan dalam puisi tersebut, salah satunya membacanya berulang-ulang, mencari unsur-unsur dasar dalam puisi unsur intrinsik, atau menggunakan teori atau pendekatan dalam mengkaji karya sastra. Bahasa yang terdapat dalam sebuah puisi terkadang terlalu susah dicari maknanya, karena bahasa dalam puisi bersifat ambigu dan homonitas, yangtentunya tidak dapat dilepaskan dengan sifatnya konotatif. Menurut Hudson dalam Aminuddin, 2011134 mengatakan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang mengungkapkan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisa yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukis. Semiotik atau studi tentang sistem lambang pada dasarnya merupakan lanjutan dari strukturalisme. Sebab itu semiotika sering juga disebut strukturalisme semiotik. Bagi semiotika teks sastra sebagai realitas yang dihadirkan di hadapan pembaca, di dalamnya pasti sudah ada potensi komunikatif Aminuddin, 2011124. Lambang kebahasaan dalam teks sastra, sebagai sesuatu yang hadir lewat motivasi subjektif pengarang, pemaknaan dengan demikian juga merujuk pada sesuatu yang lain di luar struktur yang terdapat dalam teks sastra itu sendiri. Unsur-unsur luar yang ditujukan itu akan mengacu berbagai fenomena yang kompleks. Oleh sebab itu, supaya pemahaman terhadapnya pun sangat beragam. Akan tetapi, sesuai dengan terdapatnya empat dimensi daalam teks sastra Aminuddin, 2011124. Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri tidak sembarang bahasa, melainkan bahasa khas. Yakni bahasa yang memuat tanda-tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semilogi. Semilogi juga sering di sebut semiotika, artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra Endaraswara, 201163. Dalam membahas simbol pada puisi, biasanya membedakan antara simbol pribadi, penyair modern dengan simbolnya yang pernah dipakai pengarang-pengarang sebelumnya dan sudah diphami secara luas. Mula-mula simbolisme pribadi berkonotasi negatif, tetapi perasaan dan sikap terhadap simbol puitis selalu ambivalen. Sukar mencari lawan kata pribadi dalam konteks ini Konsep Semiotik merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas sebab-akibat. Simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda bersifat arbiter Model struktural semiotik muncul akibat ketidakpuasan terhadap kajian struktural. Jika struktural sekadar menitikberatkan aspek instrinsik, semiotika tidak demikian halnya, karena pemahaman semiotik mempercayai bahwa karya sastra memiliki sistem sendiri. Itulah sebabnya muncul kajian strukturalisme semiotik, artinya penelitian yang menghubungkan aspek-aspek struktural dengan tanda-tanda. Tanda sekecil apa pun dalam pandangan semiotik tetap diperhatikan. Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semilogi. Istilah pertama, merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merefer pada ilmu tentangnya. Baik semiotik maupun semiologi sering digunakan bersama-sama tergantung di mana istilah itu populer Endraswara, 201164. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ini meneliti âAnalisis Simbol dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirceâ. Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1 simbol 2 tanda, 3 penanda, 4 ikonisitas 5 indeks. Batasan Masalah Agar penelitian tetap terfokus dan tidak melewati ruanglingkup masalah di atas amak perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini di batasi pada analisis simbol. Rumusan Masalah Rumusan Masalah Umum Secara umum masalah penelitian ini adalah bagaimana Analisis Simbol pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce. Rumusan Masalah Khusus Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah perlu adanya perumusan masalah. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1 Bagaimana simbol cinta pada Tuhan dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? 2 Bagaimana simbol cinta pada sesama dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? 3 Bagaimana simbol cinta erotis dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? Tujuan Penelitian Suatu penelitian dilakukan pasti mempunyai tujuan. Agar tujuan penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pembahasan, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memperoleh gambaran objektif tentang âAnalisis Simbol dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirceâ. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh diskripsi objektif tentang 1 Mendeskripsikan simbol cinta pada Tuhan dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar 2 Mendeskripsikan simbol cinta pada sesama dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar 3 Mendeskripsikan simbol cinta erotis dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Untuk menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam mengapresiasi karya sastra khususnya puisi. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam teori sastra dan teori semiotik. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam penulisan karya ilmiah dan sebagai bekal untuk mengadakan penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang. b. Bagi pembaca Hasil penelitian ini dapat mengembangkan kepribadian, kepekaan, dan wawasan pemikiran yang berkenaan dengan analisis simbol agar daya tangkap persepsi dan penalaran mengenai lingkup semiotik. Definisi Operasional Untuk menghindari salah tafsir dan salah persepsi terhadap pokok-pokok masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka perlu di jelaskan batasan istilah penting berikut 1. Puisi adalah puisi berasal dari bahasa Yunani; Poima yang berarti membuat, atau Poesis yang berarti pembuatan, sedangkan dalam bahasa inggris disebut Poemâ atau Poetryâ. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan, karena pada dasarnya melalui puisi seorang telah mampu membuat dan menciptakan suatu dunia tersendiri berdasarkan hasil pemikiran dan daya imajinasinya yang di dalamnya berisi amanat atau pesan serta gambaran suasana-suasana tertentu, baik berupa fisik maupun batin seseorang. 2. Semiotika adalah sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. 3. Simbol-simbol adalah menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensional arti gandanya. Setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama. ============================================================================== BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu yang Relevan Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya. Penelitian Sayekti Handayani 2005 yang berjudul "Aspek Moral dalam Novel Biru Karya Fira Basuki Tinjauan Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terhadap novel Biru, ditemukan bahwa 1 Aspek agama sebagai penentram batin yaitu tindakan yang dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta, 2 Aspek kepedulian terhadap lingkungan yaitu suatu tindakan peduli dalam pencemaran lingkungan, 3 Aspek korupsi dan memperkaya diri yaitu tindakan yang dilakukan bukan hanya karena alasan minimnya ekonomi, tetapi sudah merupakan suatu kebudayaan khususnya di Indonesia, 4 Aspek perselingkuhan yaitu alasan perselingkuhan salah satunya adalah tidak ada kecocokan antara keduanya, 5 Aspek pelecehan seksual yaitu pelecehan terhadap perempuan yang tidak hanya terbatas pada gerakan fisik, tetapi sudah mengarah pada tindakan kriminal yaitu perkosaan, 6 Aspek pergaulan bebas yaitu ada pergaulan tanpa batasan yang dilakukan sebagian anak muda dan salah satu penyebabnya adalah pengaruh lingkungan dan longgarnya moral agama dan efek sosial di kalangan anak muda. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Sayekti Handayani 2005 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh Penelitian Sayekti Handayani 2005 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Penelitian Evriana Lestyarini 2005 yang berjudul "Aspek Moral Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari Tinjauan Semiotik". Lestyarini mengungkapkan aspek moral yang terdapat dalam novel Orang-orang Proyek antara lain 1 aspek penyalahgunaan kekuasaan digambarkan melalui tokoh insinyur Dalkijo yang melakukan korupsi pada proyek pembangunan jembatan sungai Cibawor, 2 aspek kenakalan remaja melalui tokoh Bejo dan beberapa temannya tergolong anak muda yang suka bermain judi dan minuman keras, 3 aspek kriminalitas dilukiskan melalui perilaku orang-orang kampung dan para pekerja proyek yang melakukan pencurianterhadap bahan bangunan secara terang-terangan, 4 aspek ketidakpastian dapat diketahui dari tindakan insiyur Dalkijo dianggap suka memaksa kehendak kepada orang lain, dan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, 5 aspek keyakinan beragama tampak melalui tokoh insinyur Kabul yang taat beribadah sebagai umat beragama, 6 aspek kejujuran dilukiskan oleh tokoh insinyur Kabul memiliki pribadi yang jujur, lurus dan tidak mementingkan kepentingan sendiri, 7 aspek cinta kasih terhadap lawan jenis atau pria dan wanita digambarkan oleh Wati yang memiliki rasa cinta terhadap lawan jenisnya yaitu insinyur Kabul. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Evriana Lestyarini 2005 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Evriana Lestyarini 2005 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Septefin Dyah Prabawani 2006 dalam penelitiannya yang berjudul "Aspek Moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo Analisis Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terdapat beberapa aspek moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo, yakni aspek sikap ksatria bawalaksana sabdo pandeta ratu, aspek kesetiaan, aspek nasionalisme dan patriotisme. Aspek sikap ksatria bawalaksana sabdo pandeta ratu, dicerminkan sikap Karna pada saat ditemui Prabu Kresna tentang keberpihakkannya apabila terjadi perang Bhatarayudha, Karna menjawab dengan tegas akan tetap memihak pada Kurawa, bahkan berharap Bharatayudha harus terjadi. Dalam aspek kesetiaan digambarkan sikap Karna dalam menjunjung tinggi aturan atau hukum. Aspek nasionalisme dan patriotisme yaitu pada sikap lahiriah Karna tanpa ragu-ragu untuk tetap memihak dan menyatu dengan para Kurawa, meskipun batinnya tetap memihak Pandawa. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Septefin Dyah Prabawani 2006 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Septefin Dyah Prabawani 2006 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ariyanto dan Abdul Kosim 2006 dengan judul âKritik Sosial dalam Karikatur Harian Umum Solopos edisi bulan Januari-Maret 2007 Tinjauan Semiotikâ . Ariyanto dan Abdul Kosim dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa nilai krisis kepercayaan terhadap sistem penerbangan di tanah air mengandung gagasan berupa ketidakpercayaan masyarakat terhadap jasa penerbangan pesawat Adam Air. Nilai krisis kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah mengandung gagasan berupa ketidakpercayaan rakyat terhadap program Gerakan Rakyat Menanam, kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, ketidakefektifan program Askeskin. Nilai krisis sosialisme memiliki beberapa gagasan yaitu keegoisan pejabat DPRD, keegoisan pejabat pemerintah, keegoisan aparat kepolisian, keegoisan pejabat DPR. Adapun, nilai koboi-isme mengandung gagasan berupa perilaku liar seorang polisi. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Abdul Kosim 2006 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Abdul Kosim 2006 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Struktur religiusitas kumpulan puisi âDeru Campur Debuâ kanya Chairil Anwar oleh Ratnawati, Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra mengungkap aspek religiusitas secara langsung religiusitas otentik. Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun. Hukum agama yang digunakan dalam karya sastra tersebut adalah hukum agama Islam. Perbedaan dengan peneltian yang akan dilakukan terletak pada kajian dan judul yang di ambil masing-masing peneliti, sedangkan persamaan terletak pada judul puisi yang di ambil yaitu âDeru Campur Debuâ kanya Chairil Anwar. Landasan Teori Pengertian Puisi Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu; prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis manusia. Karya âkarya sastra lama yang berbentuk puisi misalnya; Mahabrata dan Ramayana. Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani; Poima yang berarti membuat, atau Poesis yang berarti pembuatan, sedangkan dalam bahasa inggris disebut Poemâ atau Poetryâ. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan, karena pada dasarnya melalui puisi seorang telah mampu membuat dan menciptakan suatu dunia tersendiri berdasarkan hasil pemikiran dan daya imajinasinya yang di dalamnya berisi amanat atau pesan serta gambaran suasana-suasana tertentu, baik berupa fisik maupun batin seseorang Aminuddin, 1987134. Istilah puisi bukan suatu yang asing, namun untuk menjelaskan pengertian puisi seringkali mengalami kesulitan karena beragamnya bentuk puisi sehingga rumusan-rumusan pengertian puisi berbeda pula. Antar penyair yang satu dengan penyair yang lainnya mempunyai dasar pengertian yang berbeda tentang puisi. Rumusan pengertian puisi yang diberikan akan tidak sesuai jika diterapkan pada bentuk puisi yang berbeda. Dari hal itulah maka pendefinisian puisi sangat beragam bergantung pada sisi mana pengertian itu diberikan dan kedalaman pemahaman seseorang tentangnya. Walaupun sampai sekarang tidak dapat dijumpai pengertian puisi yang tepat untuk semua bentuk dan jenis puisi, kita dapat memakai ciri-ciri yang dimiliki oleh puisi. Beberapa tokoh memberikan penegtian puisi sangat beragam. Wiryosoedarmo mengatakan puisi sebagai karangan yang terikat oleh banyaknya baris dalam tiap bait, banyaknya kata dalam suku kata dalam tiap baris, rima dalam irama Pradopo, 20025. Hudson mengutip Mc Caulay memberikan pengertian puisi sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampainya untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, yaitu dengan kata-kata yang indah, penataan unsure bunyinya mampu mengungkap gagasan, angan-angan atau imajinasi serta ilusi tentang keindahan ketika membaca puisi tersebut 1987134. Waluyo 198725 memberikan pengetian puisi bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan persaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Ahmad 19783 mengumppulkan pendapat dari beberapa penyair romantik inggris dengan melihat unsure-unsur puisi yaituy; emosi, imajinasi, pemikiran, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan perasaan yang bercampur baur, menyimpulkan bahwa puisi sebagai proses ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Pradopo 20026 memberikan pengertian puisi merupakan rekaman dan interpretasi mpengalaman manusia yang penting kemudian diekspresikan dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat dikenali dari struktur lahir dan struktur batinnya. Memperhatikan struktur lahirnya, Mulyana mengatakan puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya, yang menghasilkna rima , ritma dan musikalitas. Sedangkan Reeves menyatakan puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan daya pikat, sedang Samson lebih melihat puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional Waluyo, 198723. Dilihat dari struktur batin puisi, Waluyo 198723 mengumpulkan pendapat para tokoh mengenai puisi antara lain; Puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan Spenser, atau peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian Johnson, ungkapan perasaan, pikiran dan emosional pengarang yang diwujudkan dalam bentuk keindahan. Waluyo pada satu kesimpulan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur lahir dan struktur batinnya 198725. Aminuddin 1987134 mengatakan bahwa pada dasarnya perumusan pengertian puisi tidak begitu penting, karena yang terpenting adalah bagaimana kita. Mampu menikmati puisi yang ada. Namun untuk sekedar pandangan agar kita tidak terlalu sulit untuk mendefinisikan puisi. Maka dapat disimpulkan dari beberapa tokoh mengenai pengertian puisi yang beragam, yaitu bahwa âPuisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikran dan perasaan penyair scara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya yang ditampilkan dengan susunan terindahâ. Teori Semiotika Peirce Semiotika merupakan istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tandaâ atau sign dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut; âSemiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory, semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang di miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusiaâ. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things. Memaknai to sinify dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Semiotika yang merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja dikatakan juga semiologi. Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yaitu tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita. Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Kajian semiotik merupakan kajian terhadap tanda-tanda secara sistematis yang terdapat dalam karya sastra termasuk novel. Ada dua hal yang berhubungan dengan tanda, yakni yang menandai atau penanda yang ditandai atau penanda. Hubungan antara tanda dengan acuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Simbol yang ada tentunya sudah mendapat persetujuan antara pemakai tanda dengan acuannya. Misalnya, bahasa merupakan simbol yang paling lengkap, terbentuk secara konvensional, hubungan kata dengan artinya dan sebagainya. Ada tiga macam simbol yang dikenal, yakni 1 simbol pribadi, misalnya seseorang menangis bila mendengar sebuah lagu gembira karena lagu itu telah menjadi lambang pribadi ketika orang yang dicintainya meninggal dunia, 2 simbol pemufakatan, misalnya burung Garuda atau Pancasila, bintang= keutuhan, padi dan kapas= keadilan sosial, dan 3 simbol universal, misalnya bunga adalah lambang cinta, laut adalah lambang kehidupan yang dinamis. Teori Simbol Kata âsimbolâ yang berasal dari kata Yunani sumballo berarti menghubungkan atau mengabungkan. Simbol merupakan suatu tanda, tetapi tidak setiap tanda adalah simbol. Simbol yang berstruktur polisemik adalah ekspresi yang mengkomunikasikan banyak arti. Bagi Ricoeur, yang menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensional arti gandanya. Ricoeur merumuskan bahwa setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama. Ketika masyarakat majemuk berinteraksi dengan masyarakat lain yang berbeda budaya, maka tatkala proses komunikasi dilakukan, simbol-simbol verbal atau nonverbal secara tidak langsung dipergunakan dalam proses tersebut. Penggunaan simbol-simbol ini acapkali menghasilkan makna-makna yang berbeda dari pelaku komunikasi, walau tak jarang pemaknaan atas simbol akan menghasilkan arti yang sama, sesuai harapan pelaku komunikasi tersebut Ricoeur dalam Rosyidi, 2010159 mendefiniskan simbol sebagai struktur penanda yang di dalamnya terdapat sebuah makna langsung, pokok atau literer menunjukkan kepada makna tambahan, makna lain yang tidak langsung, sekunder dan figuratif yang dapat dipahami hanya melalui yag pertama. Pembebasan ekspresi dengan sebuah makna ganda ini mengatakan dengan tepat wilayah hermeneutik. Sedangkan Noth 200645 mengatakan bahwa simbol merupakan kategori atas tanda-tanda arbitrer dan konvensional âsuatu simbol merupakan tanda yang mengacu pada objek yang digambarkan oleh suatu hukum, biasanya asosiasi ide-ide umumâ. Menurut Morris dalam Noth, 200655 mengatakan bahwa simbol merupakan tanda yang dihasilkan oleh interpretasinya yang bertindak sebagai pengganti atas tanda lain yang yang dianggap sinonim semua tanda yang bukan simbol. Lain halnya dengan Hjelmslev dalam Noth, 200671 mendefinisiakan simbol sebagai entitas nonsemiotik yang bisa diintepretasikan dalam termonologinya, entitas monoplanar itu dengan isomorfi ekspresi. Simbol banyak digunakan dalam bidang humariora dalam pengertian yang luas simbol merupakan sinonim tanda Noth, 2006115. Menurut Whitehead dalam Noth, 2006115 mangatakan setiap tindak persepsi tidak langsung merupakan simbol. Ogned dan Richrd dalam Noth, 2006115 mendefinisikan simbol sebagai tanda yang digunakan dalam komunikasi manusia. Maka, simbol yang diartikan Pierce sebagai tanda yang mengacu pada objek itu sendiri, melibatkan tiga unsur mendasar dalam teori segi tiga makna simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Di sini dapat dilihat, bahwa hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan petanda sifatnya konfensional. Masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya. Kajian simbol berjalan dengan dua kesulitan untuk masuk ke struktur gandanya, pertama, simbol memiliki bidang penelitian yang terlalu banyak dan terlalu beraneka ragam. Ke dua, konsep simbol melekat pada dua dimensi atau dua semesta wacana, yaitu suatu tatanan lingustik dan tatanan nonlingustik. Simbol limguistik dibuktikan oleh fakta bahwa simbol dibangun oleh simantik simbol yaitu teori yang menjelaskan struktur simbol berdasarkan makna signifikan Rosyidi, 2010159-160. Kompleksitas eksternal simbol ini dapat dijelaskan oleh teori metafora dengan tiga langkah 1. Mengindentifikasi benih semantik yang khas setiap simbol betapapun berbedanya masing-masing, berdasarkan struktur makna yang operatif dalam tuturan metaforis. 2. Berfungsinya metaforis bahasa akan membebaskan peneliti untuk memisahkan strata nonlinguistik simbol, penyebaran baru mengenai simbol ini akan menimbulkan perkembangan yang jauh dalam teori metafora yang jika tidak tersembunyi. Dengan cara ini, teori simbol akan mengizinkan peneliti untuk menyempurnakan teori metafora Ricoeur dalam Rosyidi, 2010153. Ciri makna semantik simbol diindentifikasi dengan melihat hubungan makna harfiah dengan figuratif dalam tuturan metaforis. Simbol dikaitkan dengan bahasa sebab simbol muncul jika ia di ujarkan, sedangkan metafora adalah pelaku ulang yang membahas aspek simbol Rosyidi, 2010160. Simbol tidak dapat hanya disikapi secara isolatif, terpisah dari hubungan asosiatifnya dengan simbol lainnya. Simbol berbeda dengan bunyi, simbol telah memiliki kesatuan bentuk dan juga makna. Maka, pada dasarnya simbol dapat dibedakan menjadi simbol-simbol universal, simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan tertentu, dan simbol individual Teori metafora berguna mengungkapkan simbol sehingga metafora memahami pelanggaran semantik pada kalimat menjadi model untuk perluasan makna. Maka simbol sebenarnya bertentangan dengan makna. Dalam makna simbol tentu tidak ada dua makna, maka dua makna itu menjadi satu tingkatan gerakan yang memindahkan dari satu tingkat linguistik ke tingkat nonlinguistik yang keduanya berasimilasi menjadi makna yang dicari Ricoeur dalam Rosyidi, 2010161. Simbol tidak bisa diatasi secara tuntas oleh bahasa konseptual, ada lebih banyak simbol dari pada persamaan konseptualnya. Untuk mengindentifikasi sisi nonsemantik simbol dengan metode kontras, maka setuju menyebutnya semantik ciri-ciri simbol. 1. Memungkinkan analisis linguistik dan analisis logis logis berdasarkan makna interpretasi. 2. Mempunyai persamaan metafora yang sesuai. Oleh karena itu, sesuatu dalam simbol tidak sesuai dengan metafora karena kenyataannya ini menolak transkripsi linguistik, sematik, atau logis Ricoeur dalam Rosyidi, 2010161. Simbolisme hanya bekerja ketika struktur ditafsirkan. Hermeneutik minimal demi fungsinya simbolisme apa pun. Akan tetapi, penjabaran linguistik ini tidak menekankan pada apa yang disebut ketaatan pada simbolisme yang khas semesta suci. Penafsiran suatu simbolisme, bahkan, tidak dapat terjadi jika mediasinya tidak disahkan oleh hubungan langsung antara makna dalam hierofani itu di bawah pertimbangan. Kesucian dalam membuka dirinya dalam mengatakan dirinya sebagai simbol Ricoeur dalam Rosyidi, 2010162. Kata-kata yang memiliki berbagai bentuk makna, yang sifatnya tidak langsung dan kias, demikian dapat dipahami dengan simbol-simbol tersebut. Simbol dan interpretasi konsep yang mempunyai pluraritas makna yang terkandung di dalam simbol atau kata-kata di dalam bahasa. Setiap interpretasi adalah upaya untuk membongkar makna yang terselubung. Oleh sebab itu, âHermeneutika bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung daya-daya yang belum diketahui dan tersembunyi di dalam simbol-simbol tersebutâ Wachid 2008 26-27. Simbol Cinta pada Tuhan Dalam semua agama ateis, Tuhan adalah nilai tertinggi yang paling didambakan. Cinta Tuhan adalah karunia. Sikap religius yang benar adalah mempercayai karunia ini dan menghayati diri sebagai yang kecil dan tak berdaya. Karakter cinta Tuhan berkaitan erat dengan pentingnya unsur-unsur patriarkhal dan matriarkhal dalam sebuah agama. Dalam konteks partiarkhal, Tuhan itu adil dan tegas; Dia memberi hukuman dan pahala. Sedangkan dari segi martriakhal dalam agama, Tuhan mencintai dan merengkuh kita, tidak pandang bulu, seperti layaknya ibu; menolong, melindungi dan mengampuni. Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Tuhan adalah pencipta, tetapi tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memujanya. Karena itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada tuhan adalah bagian hidup manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan penciptaan semesta untuk manusia. Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya. Mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala keinginan kita. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Cinta terhadap Sang Maha cinta merupakan klimaks dari pada cinta itu sendiri. Di ranah agama cinta identik dengan Tuhan, nilai tertinggi dalam ajaran agama adalah cinta terhadap Sang Maha cinta. Puncak cinta manusia yang paling bening, jernih, dan spritual ialah cinta kepada Tuhan. Semua cinta bersumber dari agama karena cinta terlahir dari Tuhan. Cinta Tuhan berasal dari kebutuhan dan mengatasi keterpisahan serta untuk meraih kesatuan Fromm, 2004112. Cinta kepada Tuhan bukanlah pengetahuan mengenai Tuhan dalam pikiran dan bukan juga pikiran tentang cinta terhadap Tuhan, melainkan tindakan mengalami kesatuan dengan Tuhan. Hal ini mengarah pada penekanan cara hidup yang tepat Fromm 2004136. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Cinta Tuhan adalah bentuk cinta yang berdimensi spiritual yaitu hakikat cinta Ilahi di mana kita akan menemukan kedamaian dalam hening yang abadi. Cinta Tuhan merupakan wujud kesempurnaan dari rasa cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan kepentingan objek yang kita cintai. Lebih dari itu, ketika kita telah mencapai tingkatan ini kita tidak akan lagi melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita miliki, penyerahan secara penuh, sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa bahwa apapun yang kita miliki adalah milik objek yang dicintai. Simbol Cinta Sesama Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain dalam melengkapi kekurangan dari masing-masing individu. Hal ini akan terealisasi apabila cinta terhadap sesama tertanam dalam kehidupan kita dalam menjalankan peran kita sebagai makhluk sosial. Menurut Fromm 200482. Cinta persaudaraan jenis cinta yang paling fundamental yang mendasari semua tipe cinta adalah cinta persaudaraan brotherly love. Yang saya maksudkan dalam kata ini adalah sebuah rasa tanggungjawab, perhatian, penghormatan serta pemahaman akan setiap manusia lain yang ingin kita majukan hidupnya Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya. Fromm 200485 menyatakan cinta persaudraan merupakan cinta antara mahkluk sederajat, meski sesungguhnya kita semua juga selalu sederajat. Hal senada juga didukung oleh Sorokin Krich, 2009386 diranah sosial cinta adalah interaksi yang penuh makna antara dua orang atau lebih, tempat segala keinginan dan tujuan dari seseorang terbagi bersama dan tercapai dengan bantuan orang lain. Seorang pecinta tidak akan menghalang-halangi pencapaian dari orang yang dicintai, sebaliknya, ia akan menolong tidak akan menimbulkan rasa sakit atau kesedihan bagi orang yang dicintai. Simbol Cinta Erotis Cinta jenis ini mendambakan peleburan secara total, penyatuan dengan pribadi lain. Pada hakekatnya cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal. Cinta inilah yang barangkali merupakan bentuk cinta yang paling tidak dipercaya. Cinta erotis sering dikaitkan dengan pengalaman eksplosif jatuh cinta; suatu keruntuhan tiba-tiba atas tembok pemisah yang ada di antara dua orang yang masih terasa masih asing satu sama lain. Kemudian pengalaman keintiman yang tiba-tiba ini pada dasarnya bersifat sementara. Kebanyakan orang mengatakan bahwa gagasan tentang cinta juga seringkali di samakan dengan keinginan seksual, sehingga mereka mudah terbawa pada kesimpulan yang salah bahwa mereka sedang mencintai orang lain. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah situasi dimana mereka saling menginginkan secara fisik. Bila keinginan untuk penyatuan fisik tidak dirangsang oleh cinta, maka cinta itu hanya membawa pada penyatuan yang bersifat orgiatis dan sementara. Cinta erotis apabila memang merupakan cinta, mempunyai satu premis yaitu bahwa saya benar-benar mencintai dari hakekat keberadaan saya dan menerima pribadi yang lain dalam hakikat keberadaan saya. Lebih jauh, mencintai seseorang bukan hanya melibatkan perasaan yang kuat saja, melainkan juga melibatkan suatu keputusan, suatu penilaian dan suatu perjanjian. Cinta erotik merupakan cinta antara jenis kelamin yang berbeda, antara pria dengan wanita. Cinta ini disebut cinta erotik karena mengandung dorongan-dorongan erotik atau seksual. Pada umumnya, perasaan cinta ini muncul dalam diri seseorang bersamaan dengan munculnya hormon seksual pada saat memasuki masa remaja awal. Jika perasaan cinta ini tidak terkendalikan dengan baik justru akan dapat menimbulkan berbagai bentuk penyimpangan perilaku seksual. Cinta yang sangat berbeda dengan kedua jenis cinta yang telah disebutkan adalah cinta erotis mendambakan sesuatu peleburan secara total,penyatuan dengan pribadi hakekatnya, cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal Fromm,200493. Cinta erotis bersifat eksklusif, tetapi dalam mencintai pribadi yang lain dia juga mencintai sesama manusia, semua yang erotis bersifat eksklusif ketika ia hanya dapat meleburkan diri sepenuhnya dalam segala aspek kehidupan dan bukan dalam cinta persaudaraan. Cinta erotis,jika memang merupakan cinta, mempunyai satu premis yaitu saya benar-benar mencintai dari hakekat keberadaan saya dan menerima pribadi yang lain dalam hakekat keberadaan saya Fromm,200498. Cinta antara pasangan kekasih atau cinta antara suami dan istri adalah cinta yang terbentuk antara kedua pasangan tersebut. Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan sosial telah dinilai siap,maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat komitmen perkawinan. dalam perkawinan,diharapkan ketiga komponen ini tetap hadir dan sama kuatnya. Cinta pada dasarnya merupakan suatu kemauan, suatu keputusan untuk mengikat kehidupan dengan kehidupan orang ini memang merupakan dasar dari gagasan bahwa suatu ikatan pernikahan tidak boleh diputuskan seperti yang terjadi pada berbagai bentuk pernikahan tradisional dimana kadua mempelai tidak pernah memilih jodohnya sendiri tetapi telah dipilihkan oleh orang lain dan diharapkan mereka akan bisa saling mencintai dikemudian hari Fromm, 200498-99 Cinta adalah energi penghidupan bagai kehidupan sepasang suami istri. Pernikahan yang hanya didasari komitmen akan terasa kering karena baik suami maupun istri hanya menjalankan kewajiban saja. Variasi lain, perkawinan hanya dianggap sebagai lembaga yang mengesahkan hubungan semacam ini kehilanagn sifat persahabatnnya, yang ditandai dengan tidak adanya kemesraan suami istri, seperti makan bersama, berbincang-bincang, saling berpelukan dan sebagainya. ============================================================================ BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam metode kualitatif memfokuskan perhatian pada data yang alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya Ratna, 201047. . Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratna 201046 yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif ialah penelitian yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi. Sumber Data dan Data Sumber Data Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh Arikunto, 2006129. Sumber data penelitian ini adalah Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang berupa kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan rumusan masalah. Data Data dalam penelitian ini yang berwujud penggalan-penggalan kalimat, uraian kalimat serta paragraph yang mendukung atau mengacu pada rumusan dan tujuan penelitian mengenai simbol pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode Peneltian Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi ialah cara pengumpulan bahan-bahan atau data-data yang diambil dari bahan pustaka, yaitu berupa Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksud sebagai kegiatan dalam pengumpulan data penelitian. Teknik Pengumpulan Data Tekinik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah simak dan catat, yaitu teknik pengumpulan yang dilakukan dengan membaca secara cermat kemudian dicatat dalam bentuk kode tertentu untuk memudahkan pengambilan acuan pada data Straus dalam Mahsun, 200990-93. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak bahsa yang tiidak hanya pada bahasa lisan tetapi juga bahasa tulis. Tekinik lanjutan dari metode simak adalah tekinik sadap dan catat Mahsun, 200990-3. Akan tetapi, tekinik sadap tidak sesuai karena teknik ini dilakukan pada bahsa lisan. Praktisnya, puisi disimak untuk mengumpulkan data sesuai dengan masalah penelitian kemudian diklasifikasikan dan kemudian di beri kode untuk kemudian dianalisis. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain 1 Membaca berulang-ulang kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. 2 Menggaris bawahi kalimat yang menggambarkan tentang rumusan masalah kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. 3 Menyeleksi kalimat-kalimat yang mengambarkan rumusan masalah kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan data adalah memperoleh data tentang sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah di tentukan dan sesuai dengan rumusan masalah Arikunto, 2006150. Maka instrumen pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut. Tabel Instrumen Pengumpulan Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Metode dan Teknik Penganalisis Data Metode Penganalisisan Data Karena penelitian ini menggunakan dokumentasi, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan isi atau fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis Ratna, 201053. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil analisis secara rinci, dan menafsirkan data yang sesuai dengan permaslahan dalam landasan teori yang dipaparkan. Teknik Penganalisisan Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi content analysis. Analisis isi adlaah teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kualitatif tentang analisis simbol dalam kumnpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Prosedur Penganalisisan Data Sedangkan prosedur penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Mengumpulkan data. Mengambil data yang berupa penggalan-penggalan bait puisi pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang menunjukkan rumusan masalah. Data yang berhasil dikumpulkan. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkanb rumusan masalah penelitian. 2. Mengklasifikasi Data Setelah data terkumpul, maka langkah analisis selanjutnya adalah mengklasifikasi data. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang sesuai dengan rumusan yang kemudian diberi kode. 3. Pengkodean Data. Data-data yang sudah dikelompokkan kemudian diberi kode sesuai dengan data yang diperoleh dan rumusan. Berikut contoh pengkodean 01/R1/01/ Keterangan 01 Nomor urut data R1 Rumusan 1 01 Halaman Pengkodean data dilakukan dengan uraian sebagai berikut Tabel pengkodean Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. 4. Menginterprestasikan Data. Data yang sudah diinterprestasikan kemudian dideskripsikan dengan menggunkan teori dan konsep yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian. 5. Mendeskripsikan Data Setelah data dikumpulkan dalam korpus data kemudian dideskripsikan berdasarkan rumusan yang sesuai dengan teoori yang digunakan dalam penelitian. 6. Membuat Simpulan. Membuat simpulan berdasarkan hasil temuan pada analisis data beserta saran penelitian sehingga diperoleh garis besar dari keseluruhan kegiatan penelitian yang dilakukan. Instrumen Penganalisisan Data Instrumen Penganalisisan data menurut Suharsimi Arikunto 2010134 instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya ini dijelaskan sebagai berikut Tabel Instruumen Pengumpulan Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu kegoyahan imannya kepada Tuhan, termangu, isi masih menyebut nama Tuhan dalam doa-doanya. Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan kekhawatirannya terhadap sahabatnya mendorongnya untuk menghiburnya dan memberikan dukungan mental. Rasa empati yang dimilikinya terhadap sesama adalah bentuk kecintaannya terhadap sesama. Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. penggambaran kemampuan cinta cinta erotis dalam menundukkan keegoan individu dan meleburkan dua pemahaman yang berbeda dalam ikatan cinta kasih.
âDERU CAMPUR DEBU CHAIRIL ANWAR DIAN RAKYAT JAKARTA âISBN 979-532-042-5 Deru Campur Debu Diterbitkan oleh DIAN RAKYAT Jakarta Diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Pembangunan tahun 1959 Rencana & hiasan buku oleh Oesman Effendi Dicetak oleh PT. DIAN RAKYAT Cetakan pertama 1987 Cetakan kedua 1991 â â Unggah gambar untuk mengganti penampung ini. âAKUKalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi âHAMPAkepada sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. âSELAMAT TINGGALAku berkaca Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu â dalam hatiku? â Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah ..................?? Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal ................!! Selamat Tinggal ................!! â âORANG BERDUAKamar ini jadi sarang penghabisan di malam yang hilang batas. Aku dan dia hanya menjengkau rakit hitam 'Kan terdamparkah atau terserah pada putaran pitam? Matamu ungu membatu. Masih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu? âSIA-SIAPenghabisan kali itu kau datang membawa karangan kembang Mawar merah dan melati putih darah dan suci. Kau tebarkan depanku serta pandang yang memastikan Untukmu. Sudah itu kita sama termangu Saling bertanya Apakah ini? Cinta? Keduanya tak mengerti. Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri. Ah! Hatiku yang tak mau memberi Mampus kau dikoyak-koyak sepi. âDOAkepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku dipintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling âISAkepada nasrani sejati Itu Tubuh mengucur darah mengucur darah rubuh patah mendampar tanya aku salah? kulihat tubuh mengucur darah aku berkaca dalam darah terbayang terang di mata masa bertukar rupa ini segara mengatup luka aku bersuka Itu Tubuh mengucur darah mengucur darah â â âKEPADA PEMINTA-MINTABaik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. âKESABARANAku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak bicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tiba âSAJAK PUTIHBersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah........ â âKAWANKU DAN AKUKami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata ........? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti. âKEPADA KAWANSebelum Ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang 'tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja ! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu !!! âSEBUAH KAMARSebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. "Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!" Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini, 3 X 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! â âLAGU SIULI Laron pada mati Terbakar di sumbu lampu Aku juga menemu Ajal dicerlang caya matamu Heran ! ini badan yang selama berjaga Habis hangus di api matamu 'Ku kayak tidak tahu saja. âII Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta, Tak satu juga pintu terbuka. Jadi baik kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak 'kan apa-apa, Aku terpanggang tinggal rangka âMALAM DI PEGUNUNGANAku berpikir Bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pohonan ? Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan ! âCATETAN TH. 1946Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai, Mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut, Dan suara yang kucintai 'kan berhenti membelai. Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut. Kita - anjing diburu - hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat. Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu ; Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah, Tulis karena kertas gersang; tenggorokan kering sedikit mau basah! âNOCTURNOfragment .......................... Aku menyeru â tapi tidak satu suara membalas, hanya mati di beku udara. Dalam hatiku terbujur keinginan, juga tidak bernyawa. Mimpi yang penghabisan minta tenaga, Patah kapak, sia-sia berdaya, Dalam cekikan hatiku Terdampar ....... Menginyam abu dan debu Dari tinggalannya suatu lagu. Ingatan pada Ajal yang menghantu. Dan demam yang nanti membikin kaku ...... .......................... Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan ! â âKEPADA PELUKIS AFFANDIKalau, 'ku habis-habis kata, tidak lagi berani memasuki rumah sendiri,. terdiri di ambang penuh kupak, adalah karena kesementaraan segala yang mencap tiap benda, lagi pula terasa mati kan datang merusak. Dan tangan kan kaku, menulis berhenti, kecemasan derita, kecemasan mimpi ; berilah aku tempat di menara tinggi, di mana kau sendiri meninggi atas keramaian dunia dan cedera, lagak lahir dan kelancungan cipta, kau memaling dan memuja dan gelap-tertutup jadi terbuka ! â âBUAT ALBUM Seorang gadis lagi menyanyi Lagu derita di pantai yang jauh, Kelasi bersendiri di laut biru, dari Mereka yang sudah lupa bersuka. Suaranya pergi terus meninggi, Kami yang mendengar melihat senja Mencium belai si gadis dari pipi Dan gaun putihnya sebagian dari mimpi. Kami rasa bahagia tentu 'kan tiba, Kelasi mendapat dekapan di pelabuhan Dan di negeri kelabu yang berhiba Penduduknya bersinar lagi, dapat tujuan Lagu merdu ! apa mengertikah adikku kecil yang menangis mengiris hati Bahwa pelarian akan terus tinggal terpencil, Juga di negeri jauh itu surya tidak kembali? âCERITA BUAT DIEN TAMAELA Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala. Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama. Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! mari beria! mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! âBeta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau...... Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. âPENERIMAANKalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati Aku masih tetap sendiri Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani Kalau kau mau kuterima kau kembali Untukku sendiri tapi Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. âKEPADA PENYAIR BOHANG Suaramu bertanda derita laut tenang ..... Si Mati ini padaku masih berbicara Karena dia cinta, di mulutnya membusah dan rindu yang mau memerahi segala Si Mati ini matanya terus bertanya ! Kelana tidak bersejarah Berjalan kau terus ! Sehingga tidak gelisah Begitu berlumuran darah. Dan duka juga menengadah Melihat gayamu melangkah Mendayu suara patah "Aku saksi!" Bohang, Jauh di dasar jiwamu bertampuk suatu dunia ; menguyup rintik satu-satu Kaca dari dirimu pula ........ â âSENJA DI PELABUHAN KECIL buat sri ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. âKABAR DARI LAUTAku memang benar tolol ketika itu , mau pula membikin hubungan dengan kau ; lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu, berujuk kembali dengan tujuan biru. Di tubuhku ada luka sekarang, bertambah lebar juga, mengeluar darah, dibekas dulu kau cium napsu dan garang; lagi akupun sangat lemah serta menyerah. Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Pembatasan cuma tambah menjatuhkan kenang. Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang. Dan kau ? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji, Atau di antara mereka juga terdampar, Burung mati pagi hari di sisi sangkar ? âTUTI ARTICAntara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga, Adikku yang lagi keenakan menjilat es artic; Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola. Istriku dalam latihan kita hentikan jam berdetik Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa â ketika kita bersepeda kuantar kau pulang â Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara, Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang. Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar; Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu Sorga hanya permainan sebentar. Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu Aku dan Tuti + Greet + Amoi ...... hati terlantar, Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar. â âSORGAbuat basuki resobowo Seperti ibu + nenekku juga tambah tujuh keturunan yang lalu aku minta pula supaya sampai di sorga yang kata Masyumi + Muhammadyah bersungai susu dan bertabur bidari beribu Tapi ada suara menimbang dalam diriku, nekat mencemooh Bisakah kiranya berkering dari kuyup laut biru, gamitan dari tiap pelabuhan gimana ? Lagi siapa bisa mengatakan pasti di situ memang ada bidari suaranya berat menelan seperti Nina, punya kerlingnya Yati? âCINTAKU JAUH DI PULAU Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata "Tujukan perahu ke pangkuanku saja". Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh ! Perahu yang bersama 'kan merapuh ! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri. â âISIA k u H a m p a Selamat tinggal Orang berdua Sia-sia D o a I s a Kepada peminta-minta Kesabaran Sajak putih Kawanku dan aku Kepada kawan Sebuah kamar Lagu Siul Malam di pegunungan Catetan th. 1946 Nocturno Kepada pelukis Affandi Buat album Cerita buat Dien Tamaela Penerimaan Kepada penyair Bohang Senja di pelabuhan kecil Kabar dari laut Tuti Artic Sorga Cintaku jauh di pulau Tulisan Chairil Anwar
Interpretation is the art of seeking meaning just as the author originally intended. In the process, the author's intent becomes the key of which among many towards an interpretation. Each interpretation requires the interpreter to enter the author's mind and identify with the author, achieve total experience or repeat the global experience of the author and enter the realm of his emotions. Chairil Anwar's 'aku Berkaca' is an interesting text offering a rich depth of meaning to be drawn from. There are at least three layers of meaning contained within the poem, namely the context layer, the sound layer, and the meaning layer. These three layers of meaning usher the reader towards the climax indeed the climax as the author intends is a message and meaning in of itself. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 33Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkacaâ Karya Chairil AnwarTIGA LAPIS MAKNA PUISI AKU BERKACAâ KARYA CHAIRIL Bhanu Viktorahadi Fakultas Filsafat Universitas Katolik ParahyanganAbstrakî Interpretaîonîisîtheîartîofîseekingîmeaningîjustîasîtheîauthorîoriginallyîintend-ed.îInîtheîprocess,îtheîauthorâsîintentîbecomesîtheîkeyîofîwhichîamongîmanyîtowardsîanîinterpretaîon.îEachîinterpretaîonîrequiresîtheîinterpreterîtoîenterîtheîauthorâsîmindîandîidenîfyîwithîtheîauthor,îachieveîtotalîexperienceîorîrepeatîtheîglobalî experienceîofîtheîauthorîandîenterîtheîrealmî ofî hisî emoîons.î Chairilî AnwarâsîakuîBerkacaâîisîanîinteresîngîtextîoî«eringîaî richî depthîofî meaningîtoîbeî drawnî from.î Thereîareîatîleastîthreeîlayersîofîmeaningîcontainedîwithinîtheîpoem,înamelyîtheîcontextîlayer,îtheîsoundîlayer,îandîtheî meaningîlayer.îTheseîthreeî layersîofîmeaningîusherîtheî readerîtowardsîtheîclimaxîindeedîtheîclimaxîasîtheîauthorîintendsîisîaîmessageîandîmeaningîinîofî Kuncitafsir, makna, konteks, bunyiA. PENDAHULUANPuisi seringkali tak terlahir dari suatu proses komunikasi langsung, seperti yang terjadi pada sebuah pantun. Puisi terlahir tanpa kehadiran langsung pendengarnya audience in absentia. Komunikasi memang tidak selamanya terjadi hanya karena dua mulut berbicara bersahut-sahutan. Ada sesuatu yang disebut Ivan Illich sebagai the eloquency of silenceâ. Artinya, kefasihan dari diam. Menurut Ivan Illich, kata-kata dan kalimat terdiri atas diam yang lebih bermakna daripada bunyi1. Puisi terlahir dari kehidupan penulisnya yang terpencil2. Oleh karena itu, puisi memiliki makna yang khas. Kekhasan atau karakteristik puisi sangat dipengaruhi pribadi penulis dan kondisi saat puisi itu ditulis. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa penafsiran sebenarnya merupakan upaya untuk menjelaskan sebuah teks sesuai dengan makna asli teks tersebut. Dalam arti sempit, menafsirkan adalah upaya untuk menemukan arti sebagaimana dimaksudkan penulis. Di sini, maksud penulis menjadi salah satu kunci penting interpretasi3. Sejumlah makna yang dimaksud pengarang mungkin saja tidak dapat lagi dipahami pembaca akibat rentang waktu antara si penulis dengan si pembaca penafsir atau aneka rentang lainnya. Oleh karena itu, menurut Friedrich Schleiermacher4 setiap penafsiran menuntut penafsir untuk memasuki pikiran pengarang dan mengidentiîżkasi diri dengannya, mencapai pengalaman total atau mengulang pengalaman global penulis serta masuk dalam perasaannya. Hal yang kurang lebih serupa ditegaskan Wilhem Dilthey, yaitu bahwa peran pengarang dan rasa-perasaannya memegang peranan penting dalam intrepretasi sebuah teks5. Idealnya, tugas seorang pembaca adalah untuk mengungkap apa yang ingin dimaksudkan penulis voluntas sigîżcandi yang dinyatakan dalam kata-kata vis verbi. Seorang penulis mengobjektivikasi Bhanu Viktorahadimaksud atau pikirannya ke dalam sebuah kata. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa maksud seorang penulis tidak dengan sepenuhnya tertuang lewat kata-katanya. Saat maksud itu tak sepenuhnya terungkap dengan kata yang dipergunakan, seorang penafsir harus berupaya untuk tidak membatasi diri pada kata-kata tetapi pada maksud waktu antara penulisan puisi Aku Berkacaâ dengan upaya membaca dan menafsir saat ini hampir 70 tahun6. Banyak sekali perubahan, terutama dalam hal pemaknaan kata yang terjadi dalam rentang waktu tersebut. Oleh karena pertimbangan rentang waktu serta aneka kemungkinan perubahan tersebut, penafsiran yang dilakukan ini tidak bermaksud menggali maksud asli pengarang Chairil Anwar. Tulisan ini menggali makna puisi Aku Berkacaâ karya Chairil Anwar. Layaknya mengupas bawang, tulisan ini mencoba secara sederhana membuka lapis demi lapis puisi karya Chairil Anwar dengan kemampuan terbatas pembaca yang dalam hal ini bertindak sebagai penafsir. Guna menggali maknanya secara îżlosoîżs, tulisan ini mengajukan dua permasalahan. Pertama, bagaimana para îżlsuf, terutama yang berkecimpung di dunia tafsir atau hermeneutik menafsirkan teks untuk mengambil makna yang tersirat di baliknya. Kedua, bagaimana proses penggalian makna dari teks puisi itu berlangsung. Tulisan ini mengakhiri diskusinya dengan menggunakan analisis retoris Aristoteles untuk merangkum lapis-lapis makna teks puisi HASIL DAN PEMBAHASAN Aku BerkacaIni muka penuh lukaSiapa punya?Kudengar seru menderudalam hatikuApa hanya angin lalu?Lagu lain pulaMenggelepar tengah malam butaAh.......!!Segala menebal, segala mengentalSegala tak kukenal .............!!Selamat tinggal ................!dari Deru Campur Debu1. Lapis konteksSeperti halnya puisi karya penyair lainnya, puisi buah pena Chairil Anwar memiliki sejumlah ciri khas. Umar Junus menyebut tiga di antara sejumlah karakteristik puisi Chairil Anwar7. Pertama, puisi-puisi Chairil Anwar merupakan pemikiran tentang sesuatu, sehingga di dalamnya dijumpai perkembangan pemikirannya yang bertolak menuju kepada klimaks. Kedua, puisi-puisi Chairil Anwar memiliki persambungan pikiran dari baris ke baris, dari bait ke bait. Ketiga, kaitan antara baris atau bait itu sebenarnya tidak terlalu jelas karena baris atau bait itu disusunnya secara independen. Artinya, setiap baris atau bait dapat berdiri sendiri tanpa terkait langsung dengan baris atau bait sebelum dan sesudahnya. Akan tetapi, kemungkinan untuk mencari kaitan antara baris-baris atau bait-bait itu pun tetap terbuka Junus, puisi-puisi Chairil 35Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkacaâ Karya Chairil AnwarAnwar lebih merupakan manipulasi struktur kalimat sehingga membuat setiap baris atau bait puisinya dapat berdiri sendiri-sendiri secara independen8. Nampaknya, Chairil Anwar sengaja membiarkan setiap unsur dari puisinya, terutama yang sedang dianalisis ini memiliki karakteristiknya tersendiri. Karakteristik yang dimiliki setiap unsur itu membuat setiap unsur memiliki makna yang menentukan makna keseluruhan puisi tersebut, seperti yang digagas Hans-Georg Gadamer, yaitu pemahaman atau pemaknaan suatu keseluruhan terjadi berdasarkan pengaruh atau kontribusi unsur-unsurnya. Sekaligus, secara resiprokal terjadi proses serupa, yaitu pemahaman suatu unsur muncul berdasarkan Lapis bentuk bunyiDalam puisinya ini, nampaknya Chairil Anwar sengaja memamerkan terjadinya asonansi10 dalam setiap baitnya. Pada bait pertama terdapat asonansi vokal aâ dalam akhiran tiap baris. Pada bait kedua, tiga frasenya berasonansi di akhir dengan vokal uâ. Selanjutnya, bait ketiga memberi tempat kembali pada vokal aâ untuk menutup dua barisnya. Dua bait berikutnya ditutup dengan tanda baca seru. Bisa jadi, dengan tanda baca itu, Chairil Anwar hendak menaikkan tekanan puisinya supaya menjadi klimaks11. Secara khusus, pada bait terakhir, tiga barisnya berasonansi pada suku kata -alâ. Peralihan dari asonansi berakhiran vokal yang berkarakter terbuka menuju asonansi berakhiran konsonan yang berkarakter tertutup pada akhir puisi ini sekaligus seperti menutup atau menyelesaikan puisi ini dalam puncak klimaks. Dengan asonansi tersebut, Chairil Anwar seolah lebih mementingkan aspek stilistika atau plastik bahasa untuk menentukan sukses atau gagalnya karya sastra yang ditulisnya ini. Dengan adanya asonansi dalam empat bait puisinya ini, Chairil Anwar lebih menekankan keindahan bunyi dalam puisinya ini sebagai suatu pesan. Dengan kata lain, keindahan bunyi yang ditampakkan puisi ini menjadi bagian dari pesan atau bahkan pesan itu sendiri sebagaimana yang digagas Marshall McLuhan the medium is the messageâ bahasa artiîżsial dalam puisinya ini, Chairil Anwar bermaksud pergi dari arus utama sekaligus menyambut fajar dunia baru. Oleh karena itu, puisinya ini cenderung bersifat subversif. Di sini, makna subversif tak negatif. Yang dimaksud adalah subversif sesuai dengan makna asalinya, yaitu subversioâ Latin. Artinya, pembalikan atau pemutaran arah. Secara positif, subversif dapat dimaknai sebagai suatu upaya merintis konsep-konsep atau gagasan baru yang dapat lebih relevan. Dalam upaya mencari relevansi pada puisinya ini, Chairil Anwar mencoba melawan arus umum yang biasanya mengedepankan makna dari kata-kata dalam puisi. Dalam puisinya ini, Chairil Anwar lebih mengedepankan bentuk baca bunyi sebagai pesan yang ingin disampaikannya. Dengan kata lain, Chairil Anwar ingin menggunakan semiotik alih-alih strukturalisme. Dalam semiotik, segala unsur bentuk dalam suatu karya sastra dilihat sebagai bagian dari suatu sistem pemaknaan itu sendiri13. Melalui puisinya ini, nampaknya Chairil Anwar memberi peluang lebih besar pada estetika alih-alih pada struktur atau pemaknaan yang terdapat dalam puisinya ini dipakainya sebagai titian nada bunyi yang menggiring pembaca sampai pada klimaks puisi. Dengan pesan bunyi ini, bisa jadi Chairil Anwar bermaksud mengajak pembaca untuk merasakan proses merasa yang mencapai klimaks atau puncaknya Bhanu Viktorahadipada suatu keputusan atau keputusasaan, yaitu Selamat tinggal................!â 3. Lapis maknaWalaupun, nampak mengedepankan estetika dalam wujud bunyi, bukan berarti puisi ini tidak bermakna dari sudut pandang sebuah unit teks. Puisi sebagai suatu karya sastra pada hakikatnya memiliki logika dan realitasnya tersendiri, yang menguasai seluruh mekanismenya. Kebenaran dari logika dan realitas yang ada di dalamnya ditentukan sepenuhnya oleh hubungan integral dari suatu unsur dengan unsur-unsur lain dari karya itu. Dengan kata lain, puisi bukanlah sekadar ikhtiar untuk sekadar bergenit-genit dengan estetika. Puisi juga bukanlah sekadar suatu upaya berimajinasi secara sembarangan dan tanpa tujuan. Puisi bukanlah semacam lamunan ke dalam alam tak nyata. Sebaliknya, seperti sebuah lampu sorot, puisi menunjuk ke depan, ke arah desain yang jelas. Puisi adalah keterbukaan atau ketersingkapan yang membawa yang ada menjadi lebih bersinar dan meledak14. Dengan puisi, makna kehidupan yang tersembunyi hendak disingkapkan. Dalam ikhtiar menyingkapkan makna itulah proses menafsir berikut ini Anwar memberi puisinya judul Aku Berkacaâ. Pada umumnya, kaca atau tepatnya cermin berfungsi untuk memantulkan bayangan dari diri subjek yang berdiri di depannya. Bayangan yang terdapat dalam cermin itu akan menunjukkan kenyataan diri subjek, baik yang positif maupun yang negatif. Dalam judul ini, Chairil Anwar belum mengungkapkan akibat yang diperolehnya dari bercermin. Baru dalam baris pertama puisinya, ia mengungkapkan bahwa aktivitas bercermin itu memberinya suatu gambaran diri. Gambaran diri itu diungkapkannya dalam kalimat Ini muka penuh lukaâ.Dengan ungkapan ini muka penuh lukaâ itu penulis mengembangkan suatu imaji. Menurut Jean-Paul Sartre, imaji lebih merupakan suatu tindakan kesadaran daripada suatu benda dalam kesadaran. Dengan kata lain, imaji adalah aktivitas produktif yang mengintensifkan sebuah objek dengan cara tertentu. Imaji itu bersifat quasi-observasi. Artinya, kesadaran imajinatif memproyeksikan yang diimajinasikannya seolah-olah itu nyata15. Imaji itu mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, atau merasakan yang dialami penulis. Realitas yang ditampakkan cermin kepada dirinya ternyata negatif, yaitu muka yang penuh luka. Rupanya kondisi itu bukanlah yang diharapkannya. Bisa jadi, kondisi ideal itu adalah akibat dari masa lalu. Hal ini nampak dari kata lukaâ yang digunakan. Luka adalah bekas kecelakaan entah berat atau ringan. Luka dapat membuat seorang yang memilikinya kembali mengingat peristiwa yang mengakibatkan timbulnya luka tersebut. Lebih dari itu, luka bisa menimbulkan trauma. Singkatnya, ada pengalaman masa lalu yang tidak baik, yang jika kembali diingat atau tidak sengaja diingat akan menimbulkan kesedihan. Oleh karena menimbulkan kesedihan, orang yang bercermin itu enggan atau menolak mengakui bahwa wajah penuh luka itu adalah dirinya. Wajar jika ungkapan berikutnya adalah penolakan atas kondisi tersebut yang terwujud dalam pertanyaan siapa punya?âDengan pertanyaan itu, ia menggugat realitas nyata yang ada di hadapannya. Ia mencoba mengalihkan diri dari kenyataan yang sebenarnya adalah kondisi dirinya sendiri kepada pihak lain yang anonim siapaâ. Anonimitas menjadi tempatnya membuang kondisi tidak ideal itu. Dengan membuangnya, ia berharap bisa terbebas 37Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkacaâ Karya Chairil Anwardari kondisi tak ideal menangkap kondisi tidak ideal dengan indra penglihat, Chairil Anwar menangkap realitas lainnya dengan menggunakan indra pendengar. Hal ini diungkapkannya pada bait berikutnya Kudengar seru menderu dalam hatikuâ. Ungkapan ini menunjukkan bahwa ternyata seru menderuâ yang terdengarnya bukanlah bunyi yang dapat ditangkap dengan telinga sebagaimana bunyi pada umumnya. Bunyi itu berada di dalam hatinya. Oleh karena belum jelas, bisa jadi yang didengar itu bukanlah bunyi yang sesungguhnya. Yang didengarnya adalah pseudo-bunyi, sesuatu yang seolah-olah seperti bunyi, sehingga ungkapan berikutnya adalah suatu pertanyaan Apa hanya angin lalu?âKondisi yang ditampakkan dalam bait ini nampaknya juga bukanlah suatu kondisi yang ideal. Kondisi yang dimaksudkan adalah timbulnya suatu bunyi, tetapi tidak bisa dipastikan bunyi apakah itu. Lagi-lagi ada kesan bahwa penulis ingin mengalihkan sesuatu yang sebenarnya ada dalam dirinya atau kondisi nyata dirinya itu dalam hatiku kepada sesuatu yang ada di luar dirinya angin laluâ. Ungkapan angin laluâ memiliki tendensi anonim. Angin adalah sesuatu yang tidak berwujud, kecuali jika membawa sesuatu bersamanya topan, puting beliung. Akan tetapi, walaupun tidak berwujud, angin dapat dirasakan dan dialami. Pada ungkapan dalam baris ini, rupanya unsur dirasakan dan dialami itu juga direduksi dengan kata laluâ. Sekurang-kurangnya, kata ini mengungkapkan dua makna. Pertama, datang dari masa lampau atau sudah lewat. Kedua, sekelebat atau seadanya bukan angin kencang atau angin ribut. Dari ungkapan tersebut, penulis nampaknya menghendaki supaya seru menderuâ yang sebenarnya nyata dalam dirinya itu hanyalah sesuatu yang tidak berarti atau sesuatu yang sudah lewat. Dengan kata lain, ia ingin menghindari, bahkan setelah mengungkapkan yang dirasakan atau dialaminya melalui dua indra penglihat dan pendengar, penulis menyampaikan sesuatu lain yang dialaminya. Pengalaman itu diungkapkannya dalam kalimat Lagu lain pula menggelepar tengah malam butaâ. Penulis mendeîżnisikan yang dirasakan atau dialaminya sebagai lagu lainâ. Sebenarnya, deîżnisi lagu sudah cukup jelas, yaitu untaian nada dan syair yang membentuk satu kesatuan bunyi yang bermakna dan berirama. Akan tetapi, kata lainâ membuat deîżnisi itu tereduksi kejelasannya. Kata lainâ ini seolah menunjukkan bahwa lagu yang dimaksud adalah lagu yang berbeda atau bahkan lagu yang tidak biasa alias aneh. Lagi-lagi, di sini muncul kondisi tidak biasa, yang dapat saja disebut sebagai kondisi tidak lagu itu ditampakkan dalam aktivitasnya. Biasanya lagu memproduksi bunyi yang dapat didengar. Akan tetapi, dalam baris ini, lagu tidak memproduksi bunyi. Lagu ini justru menggeleparâ, suatu aktivitas yang todak lazim untuk sebuah lagu. Bisa jadi, ada yang salah dengan lagu ini sehingga menggelepar. Selain itu, konteks waktu saat terjadinya aktivitas itu pun tidak lumrah, yaitu tengah malam butaâ. Di sini penyair menggunakan bahasa îżguratif atas kata malam. Malam diibaratkan manusia yang tidak dapat melihat alias buta. Secara umum, malam memang biasa dimaknai sebagai gelap. Dengan adanya ungkapan butaâ yang mengikutinya, kesan gelap menjadi semakin kuat. Kondisi gelap biasanya dilawankan dengan terang. Pada umumnya, yang lebih dilihat sebagai kondisi ideal adalah terang. Gelap cenderung dilihat sebagai kondisi tidak ideal. Kondisi tidak Bhanu Viktorahadiideal dalam konteks ungkapan tengah malam butaâ disangatkan. Dengan kata lain, kondisinya sungguh sangat tidak ideal. Kondisi ini menguatkan kondisi tidak ideal sebelumnya yang dimiliki ungkapan lagu lainâ yang menggelepar itu. Jelaslah, bahwa kondisi ideal menjadi semakin kuat ditampakkan dalam bait ketiga penulis menggunakan onomatope di bait berikutnya dalam ungkapan Ah .......!!â. Onomatope adalah tiruan terhadap bunyi. Tiruan bunyi dalam konteks bait ini bisa menimbulkan efek memelas atau kecewa. Jika dikaitkan dengan tiga bait sebelumnya, bisa jadi onomatope itu menjadi semacam ekspresi dari kejengahan si penulis atas kondisi tidak ideal tiga kali berturut-turut yang dialaminya. Tidak ada lagi yang dapat dilakukannya selain mengeluarkan bunyi sebagai ekspresi perasaannya. Tidak ada kata atau ungkapan yang memadai untuk dapat mengungkapkan perasaan yang dialaminya berikutnya atau bait terakhir menjadi klimaks dari puisi sekaligus ungkapan perasaannya. Segala menebal, segala mengental. Segala tak kukenal .............!! Selamat tinggal ................!âPenulis merangkum aneka macam kondisi tidak ideal itu dengan ungkapan segalaâ. Bagi penulis, segalanya menebalâ. Menebal bisa diartikan menjadi kasar atau menjadi tak peka. Segalanya mengental. Mengental dapat dimaknai tidak cair atau kaku. Dalam konteks seorang pribadi, kekakuan dapat dimaknai sebagai kerasnya hati atau bebal. Akhirnya, ungkapan yang ketiga terkait kondisi tidak ideal itu adalah tak kukenalâ. Di sini penulis menegaskan opini personalnya dengan objek pelaku kuâ aku. Bisa jadi, di sini penulis sungguh-sungguh ingin memberi penekanan bahwa dirinyalah yang tak mengenal segala macam kondisi tak ideal itu. Kemungkinan lainnya adalah bahwa si penulis tidak ingin mengenal kondisi-kondisi tidak ideal itu. Oleh karena tak mengenal, terbuka kemungkinan baginya untuk mengabaikan itu semua. Penulis menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki keharusan atau tanggung jawab untuk peka atau menaruh perhatian pada kondisi-kondisi ideal itu. Oleh karena itu, ungkapan terakhir sangatlah pas. Selamat tinggal ................!Penulis sampai pada keputusan. Ia memutuskan untuk meninggalkan segalanya, kondisi-kondisi ideal itu. Jika memang itu yang dimaksud penulis, secara implisit terkandung di dalam keputusan itu suatu harapan bahwa dengan meninggalkan atau mengucapkan selamat tinggal pada segalanya itu, ia akan memeroleh sesuatu yang lebih baik atau sesuatu yang ideal. Akan tetapi, bisa juga ungkapan Selamat tinggal ................!â itu dimaknai bukan sebagai keputusan, melainkan sebagai keputusasaan. Jika ini yang terjadi, ada nuansa pesimis yang muncul. Penulis seolah tidak sanggup lagi menemukan yang ideal yang ingin diraihnya. Jika ini yang terjadi, penulis semakin jatuh terjerembab dalam pesimistis. Bahkan, dalam kondisi paling akut, penulis masuk ke dalam kehampaan atau ketiadaan. Ia kehilangan eksistensi dirinya. Dalam kondisi ini, yang dikatakan Jean-Paul Sartre terjadi, yaitu tiada menghantui ada atau eksistensi diri le nĂ©ant hante lâĂȘtre menemukan kenyataannya. Setiap realitas atau kenyataan dengan sendirinya terancam ketiadaan yang terkandung dalam dirinya SIMPULANDari sudut pandang strategi penyampaian, melalui puisinya ini, Chairil Anwar dapat dilihat menggunakan strategi retorika yang biasa digunakan para îżlsuf Yunani, secara khusus yang beraktivitas di 39Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkacaâ Karya Chairil AnwarAtena. Chairil Anwar masuk ke dalam diri pembacanya melalui pola pikir persuasif yang telah umum dikenal warga Atena, yaitu Retorika Aristoteles17. Secara ringkas, retorika Aristoteles ini mencakup tiga unsur, yaitu ethos, pathos, dan logos. Pertama, melalui asonansi maupun diksi dalam puisinya ini, Chairil Anwar menampilkan diri dengan sesuai etika ethos. Yang dimaksudkan etika di sini bukanlah sekadar tata moral. Yang dimaksudkan dengan etika dalam konteks ini adalah kepantasan sikap. Chairil Anwar berhasil menampilkan diri sebagai pribadi yang sungguh-sungguh manusiawi, lengkap dengan aneka macam perasaan dan emosi yang wajar. Kedua, Chairil Anwar juga berhasil menyapa dan mengangkat emosi pembaca saat berwacana atau berkomunikasi dengan mereka pathos, baik dengan asonansi maupun diksi yang terdapat dalam puisinya ini. Ketiga, Chairil Anwar pun tak lupa akan pesan yang harus disampaikannya logos melalui puisinya ini, yaitu sikap manusia dalam menghadapi aneka macam kondisi tidak ideal dalam hidupnya. Chairil Anwar memperlengkapi diri dengan pemahaman dari sudut pandang psikologis serta secara implisit memanfaatkan tradisi literer maupun îżlosoîżs yang dipahaminya untuk meneguhkan argumennya. Dengan tiga hal itulah Chairil Anwar bisa membuka dan mengembangkan komunikasi secara efektif dengan PUSTAKAAlonso-Schökel, Luis. A Manual of Hermeneutics. Sheî”¶eld Sheî”¶eld Academic Press, Rhetoric. trans. W. Rhys Robert. New York Dover Publications, inc., Roland. Elements of Semiology. London Jonathan Cape, Taylor. Heideggerâs analytic Interpretation, discourse, and authenticity in Being and Time. Cambridge Cambridge University Press, Paul ed.. Critical Sociology. Harmondsworth Penguin Book, Hans-Georg. âThe Historicity of Understanding.â Paul Connerton ed.. Critical Sociology. Harmondsworth Penguin Book, Martin. Poetry, Language, Thought. New York Harper & Row Publisher, Ivan. Celebration of Awareness. Harmondsworth Penguin Books, Umar. Mitos dan Komunikasi. Jakarta Penerbit Sinar Harapan, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, Marshall. Understanding Media The Extensions of Man, Cambridge, Massachusetts The MIT Press, Jean-Paul. LâĂȘtre et le nĂ©ant. Essai dâontologie phĂ©nomĂ©nologique. Paris Librairie Gallimard, . The Psychology of Imagination. New York Citadel Press, Dan R. The Philosophy of Religious Language. Oxford Blackwell Publishers Ltd., AKHIR Endnotes1 Ivan Illich, Celebration of Awareness Harmondsworth Penguin Books, 1973, Paul Connerton ed., Critical Sociology Harmondsworth Penguin Book, 1976, Luis Alonso-Schökel, A Manual of Hermeneutics Sheî”¶eld Sheî”¶eld Bhanu ViktorahadiAcademic Press, 1998, 29 âThe sense is something wanted or intended by the author; not simply a datum of the text, nor something which is simply at the mercy of the reader-interpreter.â4Dan R. Stiver, The Philosophy of Religious Language Oxford Blackwell Publishers Ltd. 1996, Carman, Heideggerâs analytic Interpretation, discourse, and authenticity in Being and Time Cambridge Cambridge University Press 2003, Puisi Aku Berkacaâ adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk Deru Campur Debuâ. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulis, Chairil Anwar Medan, 26 Juli 1922 â Jakarta, 28 April 1949.7 Umar Junus, Mitos dan Komunikasi Jakarta Penerbit Sinar Harapan, 1981, Umar Junus, Mitos dan Komunikasi, Hans-Georg Gadamer, âThe Historicity of Understanding,â Paul Connerton ed., Critical Sociology Harmondsworth Penguin Book, 1976, Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, 130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahuâ.11 Goris Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 124 Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan Marshall McLuhan, Understanding Media The Extensions of Man Cambridge, Massachusetts The MIT Press, 1994, Roland Bartes, Elements of Semiology London Jonathan Cape, 1967, Martin Heidegger, Poetry, Language, Thought New York Harper & Row Publisher, 1971, Jean-Paul Sartre, The Psychology of Imagination New York Citadel Press, 1972, Jean-Paul Sartre, LâĂȘtre et le nĂ©ant. Essai dâontologie phĂ©nomĂ©nologique Paris Librairie Gallimard, 1943, Aristotle, Rhetoric, trans. W. Rhys Robert New York Dover Publications, inc., 2004, 6-11. Antonio Julio PutraPilgrimage is some act like make a devotional visit to sacred place. In there, we can find something which make us close with God. The way that we use to find it is we have to open one of part in ourself, that we called as intuition. From the intuition, people can examine some experience of pilgrimage, that is a experience of God. Pass through this experience will make something happened, that we called communication. From the communication, experience transform to be a image about The Transcendent. One of the thousand of The God Image can founded in this paper. That image appear because of a experience which bring the ratio and the faith, and then create some new perspective of The Transcendent Taylor CarmanThis book offers an interpretation of Heidegger's major work, Being and Time. Unlike those who view Heidegger as an idealist, Taylor Carman argues that Heidegger is best understood as a realist. Amongst the distinctive features of the book are an interpretation explicitly oriented within a Kantian framework often taken for granted in readings of Heidegger and an analysis of Dasein in relation to recent theories of intentionality, notably those of Dennett and Searle. Rigorous, jargon-free and deftly argued this book will be necessary reading for all serious students of of Awareness. Harmondsworth Penguin BooksIvan IllichIllich, Ivan. Celebration of Awareness. Harmondsworth Penguin Books, d'ontologie phĂ©nomĂ©nologiqueJean-Paul SartreSartre, Jean-Paul. L'ĂȘtre et le nĂ©ant. Essai d'ontologie phĂ©nomĂ©nologique. Paris Librairie Gallimard, 1943. ______________. The Psychology of Imagination. New York Citadel Press, Philosophy of Religious LanguageDan R StiverStiver, Dan R. The Philosophy of Religious Language. Oxford Blackwell Publishers Ltd., Berkaca' adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk 'Deru Campur Debu'. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulisPuisiPuisi 'Aku Berkaca' adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk 'Deru Campur Debu'. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulis, Chairil Anwar Medan, 26 Juli 1922 -Jakarta, 28 April 1949.130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, 'kura-kura dalam perahuGorys KerafDiksi Dan GayaBahasaGorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, 130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, 'kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu'.Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnyaGoris KerafDiksi Dan GayaBahasaGoris Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 124 Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan HeideggerPoetryLanguageMartin Heidegger, Poetry, Language, Thought New York Harper & Row Publisher, 1971, 72.
makna puisi deru campur debu